KENDARI, MEDIAKENDARI.COM- Hewan ternak sapi masyarakat yang terkontaminasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bertambah.
Kasus ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Kolaka Timur sebagai lokasi pertama penemuan PMK, kini PMK terdeteksi menyerang ternak sapi di beberapa kabupaten kota lainnya di Sultra.
Saat ini terdapat 114 kasus yang terdata, di mana 83 lainnya tidak bergejala yang tersebar di 6 kabupaten kota tersebut.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sultra, Rusdin mengatakan meski sudah masuk ke beberapa kabupaten kota, namun untuk wilayah kepulauan masih steril.
“Virus ini tidak bisa kita tahan seperti benda fisik ya, dia menyebarnya juga melalui beberapa perantara. Tapi kami sudah memfasilitasi pemberian vaksin dan obat-obatan ke pelosok kabupaten,” ungkapnya.
Baca Juga : Bee Box Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan Al-Ikhlas di Anniversary 3 Tahun
Pada konfirmasi berbeda Kabid Peternakan dan Kesehatan Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra, LM Jabal mengatakan meski pencegahan dan penanganan sudah dilakukan dengan terus melakukan vaksinasi PMK hewan ternak hingga penyemprotan disinfektan dan lainnya, tidak bisa dipungkiri penularan virus ini tidak hanya terjadi karena kontak ternak.
“Penularan bisa dari pakaian petugas atau pihak yang telah terkontaminasi virus PMK dan secara tidak sadar menularkannya ke hewan ternak sapi lainnya,” katanya.
Selain itu juga penularan virus tersebut dalt terjadi melalui transportasi mobil pengangkut sapi.
“Misalnya saya dari daerah atau kandang sapi yang terjangkit virus kemudian saya masuk ke lokasi peternakan yamg lain itu terjadi penularan,” jelasnya.
Kata dia, pada dasarnya virus ini tidak membahayakan manusia tetapi secara ekonomi merugikan para peternak karena mempengaruhi produksi sapi masyarakat hingga menurun.
Meski ada penyebaran, namun menurutnya penyebaran virus tidak begitu masif terjadi, sebab masih bisa diantisipasi dengan melakukan isolasi, pengobatan dan vaksinasi.
Baca Juga : Tanggapi Isu ‘Childfree’, Kemenag Sultra: Menyalahi Aturan Hukum Islam
“Sampai hari ini penyebarannya tidak masif dan masih bisa di lokalisasi,” ucapnya.
Sementara itu, Sub Koordinator Keswan, Kesmavet dan Pasca Panen Distanak Sultra, drh. Sangia Muldjabar mengatakan kasus PMK di Sultra cukup unik karena berbeda dengan kondisi seperti di Pulau Jawa khususnya.
Kata dia, kasus di Kolaka Timur luka melepuh hanya di bagian kaki sapi diantara sela kuku dan tidak ada di mulut.
Namun ia menegaskan, penyakit ini memang memiliki beberapa jenis dan dapat bermutasi sehingga gejala yang ditimbulkan juga berbeda.
“Itu perlu penelitian kenapa kasus di Kolaka Timur hanya di kaki sedangkan di Jawa itu ada di mulut dan kuku. Nah perlu diketahui, biasanya penyakit virus PMK itu banyak jenisnya tidak hanya satu,” bilangnya.
“Tapi kalau penyakit Itu gejala tidak harus dua-duanya muncul, salah satunya pun bisa dan jika didukung oleh laboratorium positif, itu kita sudah bisa nyatakan positif. Bahkan tanpa gejala saja bisa hasilnya positif,” paparnya.
Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sultra per 17 Februari 2023 kasus PMK di Kolaka Timur saat ini ada 31 kasus, sebelumnya pada 31 Desember 2022 ada 25 kasus.
Baca Juga : Terima Bantuan Rp 500 Juta Dari Keluarga Nur Alam, Pengelola Masjid Al-Alam Siap Benahi Sarana Rusak
Kasus PMK bertambah sekiranya 6 kasus, di mana 2 kasus baru terjadi pada sapi, sedangkan 4 kasus baru lainnya kini menyerang ternak kambing.
“Tapi ini hanya di Kolaka Timur yang sudah menyerang kambing, kalau daerah lain masih sapi,” tegasnya.
Ia mengatakan pengecekan yang dilakukan di luar Kabupaten Kolaka Timur baru berdasarkan pemeriksaan darah surveilens sebagai deteksi dini.
“Apakah di wilayah tersebut ada virusnya atau tidak, ternyata saat kita ambil sampelnya dari hewan yang kita tidak duga, karena tidak ada gejala ternyata di dalam darahnya sudah terdeteksi,” tutupnya.
Diketahui Kabupaten kota lainnya yang secara laboratorium melalui pemeriksaan darah menunjukan hasil positif PMK dan seropositif PMK tetapi tidak ada gejala klinik. Diantaranya Kolaka Utara ada 7 kasus, Konawe Utara 5 kasus, Bombana 29 kasus, Konawe Selatan 6 kasus, Konawe 23 kasus, serta Kota Kendari 13 kasus.
Reporter : Dila Aidzin
Facebook : Mediakendari