KOLAKANEWSWISATA

Air Terjun Iwoi Pesua, Sebait Nyanyian Surga di Rimba Wolo

2887
Sejumlah wisatawan saat menikmati air terjun Iwoi Pesua di Desa Lalongopi Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka

Reporter: Taswin Tahang
Editor: Kang Upi

KOLAKA – Matahari belum sepenggalah, saat saya bersama sekitar 100-an remaja dari sejumlah sekolah di Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka, tiba di Desa Lalongopi, titik star untuk menuju air terjun Iwoi Pesua.

Air terjun ini merupakan bagian dari Sungai Iwoi Pesua yang berada di kaki gunung Desa Lalonggopi, wilayah bagian utara jazirah wonua Mekongga, yang berpusat di Kolaka.

Dari ibu kota kabupaten itu, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam berkendara baik roda empat atau roda dua. Ditambah 30 menit, perjalanan melewati kebun warga Desa Lalongopi menuju titik parkiran kendaraan.

Dalam bahasa Tolaki, yang adalah bahasa penduduk setempat . Sungai dimana air terjun ini berada dinamai Iwoi Pesua. Iwoi berarti air, sedangkan Pesua berarti bunyi, atau bersuara.

Penamaan ini sendiri merujuk kondisi sekitar sungai yang diramaikan suara air terjun dikejauhan. Suaranya menderu jelas, dan kadang menjadi samar ditiup angin gunung.

Alunan merdu suara air baru benar terdengar saat dalam perjalanan dari titik parkiran. Berjalan kaki menuju pusat air terjun dengan menyusuri bebatuan kecil disisi sepanjang aliran sungai.

Hutan yang masih terjaga membuat sinar matahari susah untuk menembus rapatnya pepohonan. Tumbuhan pakis menghijau disekeliling, menjadi rumah untuk kodok dan ratusan berudu.

Nyanyian mahluk seisi hutan adalah orkestrasi lainnya yang membawa saya dalam ketakjuban akan hangatnya sambutan dari para penghuni rimba yang hijau nan menawan.

Dalam perjalanan bersama ratusan orang ini, saya dan rombongan dipandu Yusran, dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Lalongopi. Agenda wisata ini sendiri merupakan bagian dari Kemah Literasi Alam (KLA).

KLA digagas Ikatan Mahasiswa Pemuda Pelajar Wolo (IMPPW) Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk mendidik para pelajar dan remaja di Wolo agar lebih mencintai alam dan lingkungan sekitar.

Sepanjang perjalanan menuju air terjun, Yusran bercerita kepada saya, jika kawasan ini tengah dipersiapkan menjadi objek wisata andalan Kecamatan Wolo secara khusus dan Kabupaten Kolaka secara umum.

Untuk mengenalkan kawasan ini, Yusran dan Pokdarwis-nya intens melakukan sosialisasi dan juga kegiatan. Salah satunya, peringatan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2019 lalu.

Kegiatan itu viral di media sosial, dan berdampak positif akan terbukanya informasi tentang air terjun Iwoi Pesua ke masyarakat luas. Dampaknya, angka kunjungan wisata ke tempat ini mulai naik perlahan.

”Buming-bumingnya 2019 di bulan 11. Setelah kami melaksanakan sumpah pemuda di Iwoi Pesua dan kami sebar,” ungkap Yusran, dibenarkan beberapa rekannya anggota Pokdarwis yang turut mendampingi rombongan.

Asik bercerita dengan Yusran, menyadarkan saya jika 200 meter perjalanan menapak kaki di bebatuan disisi sungai telah mendekatkan saya dan rombongan ke pusat air terjun Iwoi Pesua.

Orkes air yang menderu ramai terasa memekikan telinga. Suaranya menggema memancar ke seisi rimba dari air yang meluncur mendera bebatuan. Saya berhenti sejenak, memandang sekeliling.

air terjun iwoi pesua.

Batu kars berundak berbagai macam ukuran menjadi landasan aliran air, dari jauh terlihat kerlip jernih menyusuri sela tubuh batuan yang keras. Pelukan lumut menghijau merambat disisi-sisinya.

Siang itu, Saya seperti menemukan sepotong surga ditengah rimba. Pemandangan gradasi warna yang menyejukan mata. Pepohonan hutan berwarna coklat gelap, daun-daun hijau dan air bening.

Saya jadi ingat quote budayawan Belanda M.A.W. Brouwer yang sangat tersohor tentang keindahan Bandung, bahwa ‘Bumi Pasundan lahir saat Tuhan sedang tersenyum’.

Pun demikan, mungkin Tuhan menciptakan Iwoi Pesua juga saat sedang tersenyum. Sebuah kebahagian dan kesyukuran atas ketaatan umatnya, yang senantiasa menjaga alam dan sekitarnya.

Begitu larut dalam ketakjuban, saya tersadarkan oleh panggilan salah seorang kawan yang mengagetkan. Eh, ternyata banyak anggota rombongan sudah menceburkan diri ke aliran air terjun Iwoi Pesua.

Saya juga baru tersadar, jika sepatu yang saya kenakan telah basah. Juga baju dan celana, karena terkena semburan uap air terjun yang terbawa angin tepat mendarat ke tubuh, dingin rasanya.

Tapi itu tidak mengurangi niat saya untuk mengambil ancang-ancang dan melakukan lompatan pertama ke tengah pusaran air, tepat dibawah jatuhnya air dari ketinggian batu kars yang menjulang menantang langit.

Dingin airnya langsung menembus tubuh dan tulang. Saya memasrahkan diri ke pelukan air terjun Iwoi Pesua. Sembari mendengarkan nyanyian dari bait suci alam semesta di tengah hijuanya rimba.

Entah berapa lama saya merendamkan diri. Saya lagi-lagi terkaget dengan panggilan seorang kawan untuk naik ketepian. Segelas kopi panas rupanya sudah tersaji ditengah kerumuman.

Aduh, sungguh ingin rasanya saya menceritakan kenikmatan siang itu. Tapi sepertinya terlalu sulit jika digambarkan dengan sekedar tutur kata. Datanglah kesini dan rasakan sensasinya sendiri.

“maka, nikmat mana lagi yang kamu dustakan,” kata seorang kawan mengutip salah satu ayat Alquran, sambil mengacungkan kopinya. Tidak ingin mendustai nikmat siang itu, saya pun menyeruput kopiku.

Waktu berlalu, gelap perlahan merambati suasana rimba Lalongopi. Pertanda agenda wisata ini sudah harus di akhiri. Ada semacam sesal dihati, mengapa waktu rasanya berjalan telalu cepat.

Saya bersama ratusan anggota rombongan memang tidak berencana menginap. Pun sarana seperti gazebo atau pondok yang bisa digunakan untuk tidur belum ada. Masih direncanakan untuk dibangun.

Tapi  agenda berkemah diantara bebatuan disisi aliran air terjun sudah disusun dan direncanakan, untuk diwujudkan segera. Beberapa kawan juga sudah memastikan akan ikut.

Mengantarkan kami kembali ke titik penjemputan, Yusran meminta saya agar bisa membantu mensosialisasikan air terjun Iwoi Pesua, kepada masyarakat luas khususnya para wisatawan.

Ia juga berharap, pemerintah bisa membatu pengembangan kawasan wisata Iwoi Pesua, untuk bisa menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika dikelola dengan baik.

“Iwoi Pesua ini sangat cantik dan unik karena air terjun seperti ini masih sangat jarang di Sultra ini khususnya di Kabupaten Kolaka. Jadi sayang kalo cuman dibiarkan seperti ini saja tanpa ada pengembangan,” ujarnya.

Terimakasih Yusran telah mengenalkan dengan air terjun Iwoi Pesua. Kepada dia, saya berjanji akan datang lagi. Sekali atau dua kali lagi, atau mungkin bisa jadi lebih dari itu, hehehe !.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version