BENGKULU – Tidak ada yang dapat mengendalikan perkembangan teknologi yang menyerbu ke semua jenis bisnis, termasuk media di Indoneaia. Informasi gratis dan kemudahan akses menghancurkan pilar pers.
Begitu dikatakan Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Hendry Ch Bangun, dalam Seminar Nasiona bertema Revolusi Digital: Peluang dan Tantangan Bagi Pers serta Pembangunan Daerah yang diselenggarakan dalam rangka Konferensi Kerja Nasional (Konkernas) PWI disalah satu hotel di Bengkulu, Sabtu (18/11).
Pembicara lain dalam seminar ini adalah Staf Ahli Menkominfo, Gungun Siswadi dan Lizar Alfansi dari Universitas Bengkulu.
Melanjutkan penjelasannya, Hendry mengatakan bahwa dalam setting baru ini media cetak memasuki usia senja, dan akan segera diikuti media elektronik termasuk televisi. Sayangnya, sambung Hendry, media digital belum berkembang seperti yang diharapkan.
“Di tengah kondisi ini media bertumbangan karena gagal mengantisipasi, oplah (jumlah salinan surat kabar atau majalah yang dijual, red) turun, sulit mendapat iklan sementara harga kertas semakin mahal,” ujarnya.
Hendry dalam pemaparannya menawarkan sejumlah jurus yang dapat dimainkan media untuk dapat bertahan dari ‘serangan digitalisasi’ yang tampaknya di luar kendali.
Misalnya jurus reach (menjangkau) dan money (uang) yang diperkenalkan CEO INMA Earl Wilkinson.
“Media perlu menjangkau sebanyak mungkin audiens, dengan menyediakan konten populer, memadukan berita dan video. Juga dengan menyediakan isi premium, liputan khusus bagi kalangan menengah atas dan mendapatkan uang dari langganan berita berbayar,” tutup Hendry.
Redaksi