HEADLINE NEWSKONAWENEWSSULTRA

Banjir Sepanjang Jalan Pondidaha, Masyarakat Jadikan Lahan Dulang Rupiah

640
×

Banjir Sepanjang Jalan Pondidaha, Masyarakat Jadikan Lahan Dulang Rupiah

Sebarkan artikel ini
Masyarakat Konawe dari berbagai penjuru, nampak memadati tempat banjir di sepanjang jalan, untuk melihat kendaraan yang melintasi daerah tersebut, Sabtu (15/6/2019). Foto : Jaspin/Mediakendari.com/A

Reporter : Jaspin

Editor : Taya

UNAAHA – Banjir di sejumlah daerah di Kabupaten Konawe seperti di Desa Anggopiu, Kecamatan Uepai, Kecamatan Abuki, Kecamatan Anggeberi, Kecamatan Konawe, Kecamatan Wonggeduku Barat, dan Kecamatan Sampara kini mulai berangsur-angsur surut.

Berbeda dengan tiga desa, di Kecamatan Pondidaha, yakni Desa Hongoa, Desa Wukusao, dan Desa Wonua Mandara, saat ini banjirnya semakin parah.

Akibatnya jalur trans Sulawesi yang menghubungkan Kota Kendari, Konawe, Kolaka Timur, dan Kolaka tersendat. Kendaraan roda dua dan roda empat sama sekali tidak bisa dilalui.

Berdasarkan pantauan mediakendari.com, sejumlah kendaraan roda dua terpaksa harus dimuat memakai pincara yang telah disiapkan warga setempat. Tentunya dengan bayaran yang bervariasi, untuk kendaraan roda dua mematok jasa pincara mulai Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.

Sedangkan untuk kendaraan roda empat terpaksa harus dimuat dengan menggunakan mobil tronton yang juga sudah disiapkan warga dengan bayaran Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu.

Untuk kendaraan roda empat ini, tidak semuanya dimuat, tetapi hanya kategori kendaraan yang pendek seperti Avanza, Zenia dan sejenisnya, memang sama sekali tidak bisa melintas di jalan tersebut karena ketinggian air menghampiri pinggang orang dewasa.

Sementara untuk mobil jenis Hilux dan mobil Dam Truk masih bisa melalui jalur tersebut. Menurut salah seorang warga, Syafruddin banjir mulai melanda tiga desa tersebut sejak Senin (10/6/2019) akibat luapan Kali Lahambuti.

“Kalau panjangnya banjir ini, diperkirakan kurang lebih ada sekitar tiga kilometer. Mulai dari depan masjid Pondidaha dari arah Kendari hingga di Desa Wuku Sao. Tapi yang paling dalam itu di Desa Hongoa,” ungkapnya. (a)

You cannot copy content of this page