NEWS

Bantah Guru di Baubau Meninggal Akibat Vaksin, Gugus Tugas Covid-19: Kita Juga Tidak Bisa Memastikan

941
×

Bantah Guru di Baubau Meninggal Akibat Vaksin, Gugus Tugas Covid-19: Kita Juga Tidak Bisa Memastikan

Sebarkan artikel ini
Tim gugus tugas penanganan Covid-19 Kota Baubau bantah La Hinu meninggal usai di vaksin. Foto: Adhil/mediakendari.com

 

Reporter: Adhil

BAUBAU – La Hinu (59), seorang guru di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), diduga jadi korban vaksinasi. La Hinu meninggal dunia di rumah sakit setelah mengalami sesak nafas dan batuk usai mengikuti proses vaksinasi, Kamis 20 Mei 2021.

Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Baubau, dr Lukman dengan tegas membantah jika La Hinu meninggal dunia karena vaksin.

Lukman mengatakan, sebelum proses vaksinasi seluruh penerima vaksin lebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh hingga proses pemantauan pasca vaksin selama 30 menit.

“Dan hasilnya, almarhum baik-baik saja. Memang sebelum divaksin, almarhum mengaku punya gejalan diabetes militus atau penyakit gula, namun saat diperiksa kadar gulanya normal. Selain gula, almarhum juga punya gejala asma. Tapi semua dalam kondisi normal berdasarkan hasil screaning petugas vaksin,” tegas dr Lukman saat dikonfirmasi Jum’at 21 Mei 2021.

Selanjutnya kata Lukman, berdasarkan hasil keterangan medis, kadar gula almarhum saat dilarikan ke rumah sakit, sempat naik hingga angka 400. Namun naiknya kadar gula itu, bukan disebabkan oleh vaksin.

“Kita juga tidak bisa memastikan penyebab pasti meninggalnya almarhum. Namun yang pasti, meninggalnya almarhum tidak terkait dengan pemberian vaksin Covid-19,” tegasnya.

Sebelumnya anak tertua almarhum, Rahmat mengungkapkan, sebelum dilarikan ke rumah sakit, pagi harinya sang ayah sempat mengikuti proses vaksin di SMP Negeri 1 Baubau, tempat dimana dirinya mengajar.

Namun beberapa jam usai di vaksin, La Hinu tiba-tiba mengalami sesak nafas dan batuk hingga sempat tidak sadarkan diri. Saat itu juga pihak keluarga langsung membawa korban ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan medis, namun sayang nyawanya tidak dapat tertolong.

“Tadi sekitar jam 2 siang, bapak pulang ke rumah. Saya suruh dia makan dulu baru istrahat, karena pasti efek vaksin itu lapar dan mengantuk. Tapi tidak lama, bapak ini sudah mulai batuk dan sesak nafas,” kata Rahmat, anak korban ditemui di rumah duka.

Rahmat menyayangkan tindakan petugas medis yang dianggap tidak profesional. Dirinya tidak menyangka, orang tuanya akan diizinkan vaksin padalah saat itu korban mengidap penyakit diabetes militus serta bebarapa penyakit bawaan lainnya seperti penyakit lambung dan kondisi ginjal yang tidak normal.

Sang ayah juga kata Rahmat, harus mengikuti proses vaksin program vaksinasi dari Dinas Pendidikan sebagai salah satu syarat proses belajar tatap muka di sekolah nantinya.

“Itu bapak kondisinya tidak sehat, bahkan dia itu selalu rutin lakukan kontrol di rumah sakit. Sudah 15 tahun itu diabetesnya. Ko kenapa petugas vaksin izinkan untuk divaksin. Itu yang kami pertanyakan saat ini. Kalau tidak salah, nama vaksinya itu sinovac,” terang Rahmat.

You cannot copy content of this page