Redaksi
JAKARTA – Untuk membantu pemerintah mencari solusi dan mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan energi yang kian hari semakin parah. Partai Berkarya, menggerakkan peran-serta masyarakat untuk mencukupi kebutuhan energi keluarga melalui pengembangan pengolahan biogas.
Baca Juga :
- Pj Gubernur Sultra Imbau Agar Tidak Percaya Bila Ada yang Mengatasnamakan Dirinya untuk Peroleh Jabatan
- Pemprov Sultra Sambut Ramadan dengan Doa Bersama
- Sekda Sebut Jambore PKK Konawe Pendukung Pembangunan Pemerintah
- Hadiri Rakor Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idul Fitri 2024 di Jakarta, Andap : Kami Akan Menindak Lanjuti Instruksi Mendagri
- Di HUT Konawe Ke 64, Danlanud Haluoleo Persembahkan Antraksi Drone Agras T40
- Pj Bupati Konawe Uraikan Beberapa Hal Agar Sukses
Salah satu strateginya dengan menyediakan Saung Berkarya atau bengkel kerja (workshop) yang dibangun Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra, atau yang akrab dipanggil Tommy Soeharto. Dengan harapan, Saung tersebut dapat memberikan keahlian dan kecakapan dalam pertanian, peternakan dan biogas untuk masyarakat yang berminat dan membutuhkan.
Pada saat Musyawarah Nasional ke-IV Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) yang digelar 12-14 Maret lalu, putra-putri transmigran menyempatkan diri mengunjungi Saung Berkarya di Hambalang, Bogor, saat itu Tommy Soeharto mengatakan, jika Saung tersebut merupakan wujud kepedulian Partai Berkarya terhadap persoalan pemenuhan pangan dan energi masyarakat.
Penanggungjawab Saung Berkarya, Dr Sri Wahyuni menjelaskan, pemerintah saat ini sudah cukup kewalahan dengan subsidi LPG yang sudah mencapai Rp 24 triliun, subsidi minyak tanah yang besarnya Rp 18 triliun, serta subsidi pupuk yang mencapai Rp 12 triliun.
Kata dia, Program Kemandirian Pangan dan Energi tersebut berintikan pertanian terpadu. Secara sederhana, dalam skala kecil masyarakat akan didorong untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan dan energi mereka sendiri.
“Jadi, kita berpikir sebaiknya setiap desa itu memiliki dan menonjolkan kekhasan mereka sendiri.
Ada desa yang kuat dalam peternakan ayam, dalam budi daya cabai, budi daya tomat, semua harus didorong. Desa cabai, misalnya, harus mampu memproduksi sampai semacam bon cabe, desa yang kuat tomat harus bisa memproduksi saus tomat sendiri,” kata Sri, melalui rilisnya yang diterima Mediakendari.com, Kamis (14/3/2019).
Berkombinasi dengan peternakan, kotoran ternaknya itulah yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk membuat biogas sebagai upaya memenuhi energi.
Baca Juga :
- Disnaker Baubau Rampungkan Seminar Akhir Pembangunan BLK
- Pemkot Kendari Sukses Laksanakan Anugerah Wilayah Ramah Anak
- Pj Wali Kota Kendari dan Ibu Ketua Dekranasda Tampilkan Tenun Tolaki Sangia Oleo Tepuli di Sultra Tenun Festival 2023
- Pemkot Kendari Gelar Gerakan Keluarga Sakinah
- Pemkot dan DPRD Kendari Bahas Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan
- Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu Sambut Baik Pelaksanaan Rekernas IDI ke III 2023
“Di desa-desa transmigrasi yang terpencil, dimana minyak tanah dan LPG susah, kemampuan membuat dan memanfaatkan biogas akan sangat membantu,” tambah anggota Dewan Pakar Partai Berkarya itu.
Saat ini, pihaknya sudah memiliki proyek percontohan di Sentani, Papua, selanjutnya akan dicoba di Nagere, di Merauke, di Kerom, lalu Jayapura, dan beberapa tempat lain di Papua. Dikatakannya, selain di pulau Jawa kawasan Indonesia Timur seperti NTT, Kalimantan Barat, menjadi ajang uji coba Partai Berkarya dalam pengembangan biogas.
“Perkembangan positif lainnya, Berkarya juga mencoba pembuatan biogas dari rumah tangga, yakni limbah keluarga. Hal itu
tengah dicoba di beberapa pesantren di Jawa Tengah dan Banten. Serta dalam waktu dekat, kami juga akan membangun sarana pembuatan biogas dari limbah keluarga ini di Pesantren Nurul Iman, Parung, Kabupaten Bogor,” tutupnya.