Reporter : Hasrun
KABAENA – Prihatin dengan banyaknya warga yang tidak bisa membaca, Wiwik Hasmuroah (23), pemuda Desa Puununu, Kecamatan Kabaena Selatan, Kabupaten Bombana mendirikan rumah belajar.
Dengan adanya rumah belajar yang didirikan pada 17 Oktober 2020 bersama puluhan pemuda desa lainnya, warga Desa Puununu, khususnya para anak-anak pun kini mulai giat belajar membaca.
Wiwik menceritakan, inspirasi rumah belajar itu datang saat dirinya bersama warga menonton film berbahasa asing. Meski sudah dilengkapi terjemahan atau subtitle warga tidak mengerti jalan cerita film, karena tidak bisa membaca.
“Keadaan itu menjadi pendorong saya merangkul pemuda di Desa Puununu untuk membangun rumah belajar, untuk mengajarkan cara membaca dan menulis,” terang Wiwik pada MEDIAKENDARI.com, Sabtu 28 Oktober 2020.
Menurutnya, angka buta huruf menjadi masalah di wilayah pesisir Desa Puununu, karena kurangnya kepedulian orang tua terhadap terhadap pendidikan, yang sudah menjadi budaya.
“Ini terjadi karena kondisi ekonomi warga pesisir tidak stabil, sehingga anak-anak yang harusnya sekolah terpaksa harus ikut orang tuanya mencari nafkah,” ungkap sarjana Lulusan Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta itu.
Wiwik menyebut, kondisi itu mempengaruhi kesadaran masyarakat akan pentingnya dunia pendidikan. Sehingga berdampak banyaknya anak-anak yang putus sekolah dan ada pula yang bahkan tidak sekolah sama sekali.
“Untuk sementara rumah belajar ini masih untuk anak – anak, tapi sudah direncanakan untuk masyarakat juga. Kita berharap tidak akan ada lagi buta aksara di Desa Puununu,” harapnya.
Kedepannya, kata Wiwik, rumah belajar yang dibangun pemuda Desa Puununu ini tidak hanya mengajarkan belajar membaca dan menulis, tapi juga bahasa Inggris, bahasa Arab dan dasar komputer.
“Kedepannya rumah belajar Desa Puununu akan menyediakan bimbingan belajar gratis untuk siswa-siswi sekolah dasar dengan pelajaran seperti bahasa Inggris, Arab dan dasar komputer,” ungkapnya.
Untuk mendukung rencana tersebut, lanjutnya, pihaknya membutuhkan dukungan berupa bantuan alat tulis dan ruang belajar permanen yang lebih luas untuk menyamanan dalam kegiatan belajar.
“Saat ini kita masih menggunakan Gedung serba guna Desa Puununu untuk kegiatan proses belajar mengajar. Kami juga masih sangat membutuhkan bantuan alat tulis untuk mendorong proses belajar mengajar anak – anak di desa,” tutupnya.