NEWS

Baubau Siap Jadi Hinterland Wisata Desa Bahari di Sultra 

577
×

Baubau Siap Jadi Hinterland Wisata Desa Bahari di Sultra 

Sebarkan artikel ini
Kepala Dispar Kota Baubau, Idrus Taufiq Saidi (Paling kiri) saat mengikuti FGD Pariwisata yang digelar PWI Pusat.

BAUBAU – Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebut Kota Baubau siap menjadi daerah penyangga (Hinterland) untuk wisata Desa Bahari Pelopor Kebangkitan Pariwisata Sultra.

Kepala Dispar Kota Baubau, Idrus Taufiq Saidi saat menjadi salah satu pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) Pariwisata yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat sebagai rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2022 mengatakan kesiapan Baubau menjadi hinterland karena memiliki sejumlah objek daya tarik wisata yang tersebar di beberapa Limbo (Desa Wisata) Bahari, salah satunya di Palabusa yang menjadi sentra budi daya rumput laut.

Pria yang akrab disapa Fecky ini mengaku di Palabusa juga terdapat pengelolaan kerang mutiara atau mabe yang hasil produksi utamanya mutiara. Namun, selain itu daging kerang juga dapat dioleh menjadi kuliner bercita rasa tinggi.

Baca Juga : Komisi II DPR RI Setuju Pilkada Serentak Digelar 2024 Mendatang 

“Kami juga punya muara sungai Kadolomoko yang orang-orang menyebutnya sebagai amazonnya Sultra. Muara itu bisa dilintasi dengan perahu nipah,” ucap Idrus Taufiq Saidi dalam keterangannya Senin, 24 Januari 2022.

Fecky menjelaskan Kota Baubau selain memiliki ikon benteng terluas di dunia dan kekayaan sejarah dan budaya masa lalu, juga memiliki Limbo Wantiro disebelah baratnya yang kini telah masuk dalam 300 Anugrah Desa Wisata (ADWI).

Ia membeberkan saat berada di Wantiro ibarat naik sebuah kendaraan mobil yang pemandangan depannya itu terdapat pulau yang cantik bernama pulau makasar. Turun ke lautnya ada kapal karam, turun ke muara sungai air terjun tirta rimba ada ikan hiu tokek.

Sedangkan saat naik ke darat, lanjut Fecky, bisa menyusuri bibir pantai, bisa juga melewati goa. Karena di areal tersebut terdapat sedikitnya 17 goa. Menuju pusat Kota terdapat pelataran yang dapat menikmati kuliner sembari menikmati pemandangan matahari terbenam (Sunset).

“Di Limbo ini juga ada kelompok masyarakat yang kesehariannya berjibaku dengan sampah, sebagai petugas kebersihan. Sampah yang dikumpulkan menjadi tambahan penghasilan masyarakat sekitar. Sebagai ikon wisata goa, Limbo Wantiro juga memiliki goa lanto dengan panjang ratusan meter. Untuk menikmati keindahan stalaktit dan stalakmitnya hanya dapat dilakukan dengan menyelam,” katanya.

Sekadar diketahui, selain Kadispar Baubau, sejumlah narasumber lain ikut dihadirkan diantaranya Anggota Komisi II DPR RI Hugua, Kepala Dinas Pariwisata Sultra H. Belli Tombili, Kepala Bappeda Kolaka H. Sjamsul Kadar, Sekda Muna Barat L.M Husein Tali, Pendamping/Pembina Desa Wisata Sultra Herna Setianegara.

Kemudian ada masukan dan tanggapan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Miftahul Huda, Kemenparekraf Vincent Jemadu dan Indra Ni Tua, Menko Marinvest Kosmas Harefa, Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia Andi Yuweno, dan Penggerak Desa Nglanggeran Sugeng Handoko.

 

Penulis : Redaksi

You cannot copy content of this page