TIRAWUTA, MEDIAKENDARI.COM – Sebanyak 6 orang korban kebakaran warga Kelurahan Poli-Polia, Kecamatan Poli-Polia, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra), akibat ledakan tabung gas elpiji seberat 3 kg pada Tanggal 31 Agustus 2017 lalu, menyisahkan luka dihati keluarga korban.
Sebelumnya para korban ini dirawat di Rumah Sakit Unaaha Kabupaten Konawe. Kini sudah kembali ke Koltim. 3 korban berada di RSUD Atula, dan 3 korban lainya sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Dimana 6 korban tersebut adalah satu keluarga yang terbakar satu hari sebelum Hari Raya Idul Adha.
Dari pantauan awak mediakendari.com di RSUD Atula, dari 3 (tiga) korban salah satunya yang terparah adalah Anisa anak yang masih berumur 5 (lima) tahun. Dengan kondisi wajah dan sekujur tubuhnya penuh luka bakar, namun yang terparah berada pada bagian wajah.
Bahkan ketika disambangi anak tersebut tak henti hentinya menangis akibat perihnya luka bakar di sekujur tubuhnya, membuat tenaga medis yang berada di ruang UGD berupaya memberikan perawatan yang maksimal agar anak tersebut bisa reda sakitnya.
Heriyanto (25) yang merupakan ayah korban Anisa, mengatakan bahwa anaknya selalu merasakan perih dan dingin di tubuhnya. Bahkan untuk membuang air kecil pun harus di tempat tidur. Para penjenguk yang datang baik dari keluarga maupun bukan keluarga, ikut menangis melihat kondisi anak yang korban luka bakar.
“Menangis terus kasian ini anak karena dia rasa perih. Parahnya kalau mau buang air kecil dengan air besar harus ditempat tidur, dibarengi dengan tangisan karena kesakitan kalau ada yang lihat saya punya anak pasti ikut menangis juga,” tutur Heriyanto.
Ia menceritakan, semenjak kejadian pertama anaknya dibawa ke RS Welala untuk diberikan pertolongan pertama hingga dirujuk ke RS Konawe (Unaaha).
“Kami di RS Unaaha selama 15 hari. Waktu itu anak saya mau di operasi, sementara 5 korban lainya harus di rawat. Namun saat itu kami tidak mempunyai BPJS. Pihak RS memberikan kami waktu untuk mengurus BPJS, dan akhirnya kami kembali ke Koltim untuk mengurus BPJD tersebut. Setelah melalui proses panjang akhirnya BPJS kami pun ada, untuk dipakai biaya berobat,” jelasnya.
Heriyanto menerangkan, setelah 15 hari dirawat di RSUD Konawe, pihak petugas pun akhirnya memperbolehkan anaknya pulang. Mereka merasa lega karena anaknya sudah membaik.
Namun, sesampainya di Koltim, hanya satu hari berselang dan menginap dirumah, anaknya merasa kesakitan serta menangis tiada henti.
“Ketiga korban termasuk anak saya atas inisiatif keluarga kami membawa kembali ke RSUD Atula. Karena perlu mendapatkan perawatan serius termasuk anak saya masih perlu perawatan yang intensif,” terangnya.
Dirinya berharap bisa mendapatkan bantuan baik dari pihak pemerintah daerah Koltim, maupun dari pihak-pihak lain yang ingin memberikan bantuan kepada mereka.
“Kami sekeluarga berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah, serta mendapatkan donasi dari kaum dermawan yang ada di Koltim ini,” harap Heriyanto.
Sementara itu Direktur RSUD Koltim Munir Abu Bakar, yang dmintai komentarnya lewat via whats App (WA) mengatakan, jika dirinya telah berkoordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Koltim, terkait perihal para korban kebakaran itu.
“Saya sudah koordinasikan kepada ibu Kadis Kesehatan dan beliau sudah mempersilahkan untuk kami tindaklanjuti terkait anggaran pengobatanya. Namun secara teknis, kami belum bisa komentar kebetulan bagian tekhnisnya belum bisa di hubungi,” ungkap Munir, Minggu (17/9/2017).
Munir menuturkan, untuk kasus ini mengingat derajat dan luasnya luka bakar memang membutuhkan penanganan dokter spesialis dan sarana yang lengkap sehingga pasien akan di rujuk kembali.
“Secara klinis, penyembuhan luka belum sempurna dan perlu penanganan dokter spesialis yang mempunyai sarana serta alat yang lengkap. Kami akan merujuk pasien kesalah satu RS besar di Kendari,” katanya.
Sampai berita ini diturunkan, ketiga korban masih berada di RS Welala Kotim.
Liputan : Jusran
Editor : Jaspin