NEWS

Bekali Diri dengan Pengetahuan dan Teknologi Agar Tak Tertinggal Generasi Alpha

716

Minahasa Tenggara, 2 November 2021 – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 2 November 2021 di Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema saat ini adalah “Menjadi Pendidik yang Cerdas dan Cakap Digital”.

Empat orang narasumber tampil dalam seminar kali ini. Masing-masing yakni, Guru SMPN 10 Mapanget dan Master Teacher Kota Manado, Fatmawati; Guru dan Konten Kreator Muslimin, Guru Sosiologi, Yenti Dwi Rositasari; dan Penjelajah Nusantara, Taufik Hippy. Sedangkan moderator yaitu Heri Susanto selaku Jurnalis. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang. Pada program ini diikuti oleh 917 peserta dari berbagai kalangan.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Memasuki sesi pemaparan, materi pertama dibawakan oleh Fatmawati yang menyampaikan tema “Kemampuan Literasi Digital yang Wajib Dimiliki Guru Generasi Alpha”. Menurut dia, tantangan tenaga pendidik dalam mengajari generasi alpha, diantaranya harus akrab dengan teknologi, mampu membuat konten yang menarik, mempersiapkan desain belajar yang menantang, ajarkan tanggung jawab, mampu mendorong kreativitas, serta menggiatkan kegiatan kolaborasi. Sedangkan kiat bagi orang tua dalam mengawasi proses pembelajaran anak, misalnya meningkatkan pengetahuan dan teknologi, mengajarkan anak bersosialisasi, mengajak anak berkegiatan fisik, serta membekali dengan pendidikan agama dan moral. “Orang tua harus memainkan peran sebagai teman diskusi, tempat bertanya dan tempat mencurahkan kasih sayang,” ujarnya.

Selanjutnya, Muslimin menyampaikan paparan berjudul “Internet yang Cocok dan Aman untuk Anak di Bawah Umur dan Remaja”. Ia mengatakan, salah satu dampak negatif internet, yakni perundungan siber. Tanda-tanda anak mengalami tindakan tidak terpuji tersebut, antara lain mudah kesal atau marah, kurang bersosialisasi, menjadi lebih pendiam, menghindari kegiatan sekolah, prestasi menurun, perilaku berubah, serta gelisah ketika membuka pesan atau media sosial. Langkah penanganan yang dapat dilakukan: pendekatan, mengumpulkan bukti, dan pulihkan trauma anak. “Ajarkan anak-anak kita untuk tidak membalasnya,” imbuhnya.

Pemateri ketiga, Yenti Dwi Rositasari,  memaparkan materi bertema “Peran Komunitas Akademik dalam Pendidikan di Era Digital”. Menurut dia, komunitas akademik berperan agar tenaga pendidik dapat membantu sesama dalam memperbanyak pengalaman dan pengetahuan di bidang digital. Beberapa kiat yang dapat dilakukan guru agar kelasnya menarik: buat rencana belajar, rajin membuat kelas daring, mengumpulkan tugas tepat waktu, atau mencari ruangan yang sepi dan nyaman. “Salah satu tantangan pembelajaran daring adalah tenaga pendidik dan peserta didik sebagian besar belum menguasai teknologi dan perlu banyak belajar,” katanya.

Adapun Taufik Hippy, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan”. Ia mengatakan, guru dapat menyampaikan kepada siswa sejumlah aturan yang bertujuan agar siswa tetap fokus dalam pembelajaran. Misalnya, larangan membagikan data pribadi di internet, hanya mengakses konten edukatif, serta menaati norma kesopanan. “Guru dapat melibatkan orang tua untuk memastikan proses belajar di internet dalam kondisi aman dan terawasi,” tuturnya.

Setelah pemaparan seluruh materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Heri S. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik senilai masing-masing Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah seorang peserta, Mat Wijayakusuma, bertanya tentang aspek apa saja yang perlu diajarkan kepada anak agar mereka menyadari manfaat internet dan tidak sekadar hiburan. Menanggapi hal tersebut, Muslimin bilang, anak-anak perlu diberikan pemahaman bahwa dunia maya sama saja dengan dunia nyata, sehingga akan terus merasa terawasi. Ajarkan juga kepada anak akan tentang rekam jejak digital, agar membuatnya berhati-hati bermedia sosial.

Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.

***

Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi:

Humas Literasi Digital Sulawesi

Email           : humas.sksulawesi@gmail.com

Website      : https://event.literasidigital.id

Instagram   : @siberkreasisulawesi

Twitter        : @SiberkreasiSul

Facebook    : Siber Kreasi Sulawesi

Penulis : Redaksi

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version