NEWSSPS

Berkat Dukungan Ibu, Osep Berhasil Bangun Usaha Jamur Dari Limbah Kayu di Konsel

1993
Owner Budidaya Jamur Sharla, Osep Moamar Komara yang memakai jas hitam, dan jamur tiram yang di packing dalam plastik dengan berat 200 gram

KENDARI – Kesuksesan anak berkat dukungan orang tua, demikianlah kiranya pepatah yang tepat disematkan Osep Moamar Komara. Pasalnya, berkat dukungan sang ibu, ia (Osep Moamar Komara) berhasil membangun usaha jamur tiram dengan memanfaatkan limbah kayu.

Usaha itu diberi nama dengan Budidaya Jamur Sharla yang berada di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Palangga, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Owner Budidaya Jamur Sharla, Osep Moamar Komara menceritakan bahwa, awalnya membangun usaha jamur tiram ini berkat dukungan sang ibu, karena melihat dirinya memiliki potensi dalam pengelolaan limbah kaya menjadi jamur tiram.

Baca Juga : Niat Besar Miliki Motor Trail, Anak di Bawah Umur Nekat Curi Motor saat Kunci Lupa Dicabut

“Sebelumnya saya menjual es, namun karena cuaca yang tidak memungkinkan sehingga berahli. Dan pada tahun 2016, saya mengingat perkataan ibu saya sebelum meninggal, katanya, saya mempunyai basic dalam pengelolaan jamur tiram dan akhirnya saya membangun usaha budidaya jamur,” ungkap Osep saat menghadiri acara Selamat Pagi Sultra di Studio MEKTV, Kamis 26 Mei 2022.

Osep juga mengatakan, dirinya memilih usaha jamur karena melihat di Daerah Sultra khususnya di Konsel masih sangat minim atau kurang.

“Awalnya jualan jamur di pasar itu tidak ada yang mau beli, mungkin mereka takut keracunan makanan jamur. Jadi pada saat itu saya bagi-bagikan kepada masyarakat dan teman-teman, setelah mereka mencoba ternyata enak, dan disitu mulai berkembang sedikit demi sedikit hingga masuk di Kota Kendari, bahkan sudah di jual secara online,” tutur Osep yang juga merupakan Kepala Desa Mekar Jaya.

Baca Juga : Kemenag Kota Kendari Berikan Pemahaman Pada Calon Jamaah Haji Melalui Bimbingan Manasik Haji

Dikatakannya, jamur tiram ini dipanen sekitar 60 hingga 80 hari, dan kemudian jamur ini dilakukan packing dalam kemasan plastik dengan ukuran 200 gram seharga Rp 10 ribu per packing.

“Peminatnya kebanyakan orang cina yang bekerja di perusahaan tambang,” ucapnya.

Ia berharap semoga usaha budidaya jamur sharla ini terus berkembang hingga di luar Kota atau Provinsi dan bahkan luar negeri.

“Semoga usaha ini semakin sukses, aamiin,” pungkasnya.

Reporter : Hendrik Komantobuano

Facebook : Mediakendari

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version