KENDARI – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merilis laju perekonomian Sultra pada triwulan II 2018 mengalami akselerasi dibandingkan periode sebelumnya.
Realisasi pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sultra triwulan ke II 2018 tercatat sebesar 6,09 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan ke II 2017 sebesar 5,83 persen (yoy). Kinerja PRDB Sultra pada triwulan II juga lebih tinggi dari kinerja PDB Indonesia yang tumbuh sebesar 5,27% (yoy).
Kepala Kantor perwakilan BI Sultra, Minot Purwahono mengatakan, meningkatnya konsumsi masyarakat dan peningkatan kinerja ekspor, merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Dimana Pada triwulan II, konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang dominan yaitu sebesar 49,50 persen dan mencatat pertumbuhan sebesar 6,32 persen (yoy), yang disebabkan oleh peningkatan konsumsi di bulan Ramadhan, Lebaran dan periode libur sekolah.
“Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga didukung terkendalinya inflasi. Sementara, ekspor barang dan jasa Sultra pada triwulan II tumbuh tinggi sebesar 87,87 persen (yoy), dipengaruhi dampak positif pemulihan ekonomi dunia, meningkatnya produksi lokal dan perbaikan harga komoditas,” ucapnya melalui rilisnya, Rabu (08/08/2018).
Minot menjelaskan, belanja pemerintah pada triwulan II mencatatkan perbaikan pertumbuhan menjadi 6,93 persen (yoy). Meningkatnya pertumbuhan belanja pemerintah dipicu oleh pencairan gaji ke 14 Aparatur Sipil Negara (ASN) dan event besar provinsi seperti Halo Sultra dan dampak dari penyelenggaran Pilkada.
“Kinerja investasi mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,98 persen (yoy), yang mengindikasikan masih tingginya minat investor diikuti dengan realisasi investasi pemerintah,” bebernya.
Lanjut Minot, dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan ekonomi pada triwulan II terutama didorong membaiknya kinerja LU Konstruksi sebesar 9,42 persen (yoy), LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang tumbuh sebesar 6,46 persen (yoy) namun terjadi moderasi pertumbuhan di LU Pertambangan dan Penggalian yang tumbuh sebesar 5,42 persen (yoy).
“Pertumbuhan LU Konstruksi meningkat diperkirakan seiring dimulainya pembangunan proyek infrastruktur dan terealisasinya PMA/PMDN. LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tumbuh meningkat karena pertumbuhan produksi tanaman pangan seiring dengan periode panen pada triwulan II,” terangnya.
Sementara, pertumbuhan LU Pertambangan dan Penggalian teredam oleh pengaruh base effect dari berlangsungnya ekspor nikel kadar rendah. Secara proporsi, LU terbesar penyumbang PDRB Sultra terdiri dari LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 23,99 persen, LU Pertambangan dan Penggalian sebesar 21,08 persen dan LU Konstruksi sebesar 13,15 persen.
Minot menambahkan, pada triwulan III 2018, BI memperkirakan perekonomian Sultra akan tumbuh lebih tinggi. Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi kegiatan investasi pemerintah dan masih tingginya pertumbuhan ekspor. Hal tersebut akan direspon dengan meningkatnya kinerja lapangan usaha pertambangan, konstruksi dan industri pengolahan.
Meskipun demikian, adanya faktor eksternal yaitu perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dapat mempengaruhi permintaan industri stainless steeldi Tiongkok dan berimbas pada permintaan nikel dari Sultra.
“Selain itu, konsumsi masyarakat yang kembali normal pasca Idul fitri dan libur sekolah akan berdampak pada konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah terkoordinasi guna mempercepat dan meningkatkan kontribusi lapangan usaha potensial lainnya, seperti perkebunan, perikanan dan pariwisata,” tutup Minot.(a)