MUNA, Mediakendari.com – Wilayah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) punya potensi besar dalam pemanfaatan lahan mangrove untuk perbaikan lingkungan hidup.
Sejak beberapa tahun terkahir, Bumi Sowite kerap menjadi perhatian khusus pihak Balai Pengelolaan Sumber Daya Aliran Sungai (BPDAS) Sampara terkait rehabilitasi mangrove.
Tahun ini, rehabilitasi mangrove kembali dilakukan di wilayah Desa Pentiro dan Kelurahan Napabalano, Kecamatan Napabalano seluas 30 hektar. Saat ini program tersebur sudah mulai berjalan.
“Sudah banyak kegiatan yang kita lakukan di Muna terkait rehabilitasi mangrove. Dan alhamdulillah, hasilnya sangat bagus,” ungkap Kepala BPDAS Sampara, Muhammad Aziz Ahsoni diwawancarai saat penanaman pohon serentak bersama pihak Kementerian LHK dan Pemda Muna di Desa La Bone, Kecamatan Lasalepa, Kamis (25/4).
Aziz menerangkan, lokasi penanaman serentak baru pertama kali dilakukan di wilayah Muna. Dimana, sejak amanat penanaman pohon yang dilakukan tiap bulan, kebanyakan di wilayah daratan Provinsi Sultra.
“Hasil koordinasi kami BPDAS Sampara dan Dinas Kehutanan Sultra, maka dipusatkan di Desa Labone. Karena kebanyakan kegiatan kita selama ini, itu dilakukan di Muna, salah satunya Desa Labone,” terangnya.
Menteri LHK, Sitti Nurbaya melalaui Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, Dr Tasdiyanto menyebutkan, penanaman mangrove patut dijadikan kebiasaan oleh masyarakat maupun pihak lain untuk gemar menanam.
Sebab, menanam itu sangatlah penting. Apalagi jenis tanaman mangrove punya fungsi dan manfaat yang sangar besar dibanding jenis tanaman hutan biasa. Terutama dalam pengendalian perubahan iklim.
“Jadi, mangrove itu bisa menyerap karbon dengan porsi yang lebih besar dibanding tanaman hutan biasa. Bahkan menurut penilitian, itu sampai 25 kali lipat dari pohon hutan biasa,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, keistimewan mangrove memang sangatlah besar, punya manfaat dalam menghadapi perubahan iklim, pantai terlindung dari abrasi, juga menjadi tempat hidup hewan laut seperti ikan udang, kepiting dan lain sebagainya.
“Nah, Itulah yang pada akhirnya bisa menambah pendapatan ekonomi masyarakat lokal,” sebutnya.
Dalam jangka panjang, mangrove juga menjadi modal yang sangat potensial untuk diikutsertakan dalam perdagangan karbon. Sehingga, daerah juga nanti punya kesempatan untuk berkontribusi bagi negara di tingkat internasional dalam mengendalikan perubahan iklim.
“Jadi, arti pentingnya penanaman mangrove itu sangat besar bagi iklim dan lingkungan hidup Indonesia. Semoga ini bisa menjadi momentum bagi masyarakat untuk membudayakan menanam. Minimal satu orang menanam 25 pohon,” jelasnya.
“Muna memiliki alam yang indah, pantai yang jernih dan udara yang segar. Itu jangan sampai dicemari dan dirusaki, karena manfaatnya untuk masyarakat dan daerah itu sendiri,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muna, Yakob sangat mengapresiasi langkah BPDAS Sampara yang menitikpusatkan lokasi penanaman mangrove di wilayah Bumi Sowite. Kedepan, pihaknya bakal terus melanjutkan program perbaikan lingkungan hidup dengan penanaman mangrove.
“Insya Allah ini akan menjadi contoh untuk terus dilanjutkan lagi. Kedepan kita upayakan untuk diporsikan anggaran, sehingga penanaman mangrove juga bisa dilakukan di tempat tempat lain,” katanya
Reporter: Erwino