Reporter : Jaspin
Editor : Kang Upi
KONAWE – Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong mengembangkan ekonomi masyarakat dengan mengelola sumber daya alam (SDA) menggunakan teknologi tepat guna (TTG).
Namun sayangnya, penerapan TTG yang sudah digagas sejak lama ini seakan jalan ditempat, karena adanya sejumlah kendala, seperti minimnya anggaran, ketiadaan tenaga ahli serta cakupan wilayah yang luas.
Baca Juga :
- Nuryadin Tombili Ajak Kader PAN Konawe Bersatu Menangkan Ardin Sebagai Bupati
- KPU Muna Buka Perekrutan PPK PIlkada 2024, Ini Jadwalnya
- Kantor Pertanahan Konut Turut Serta dalam Peluncuran GSRA, Siap Wujudkan Cita-cita Reformasi Agraria
- Sekda Sultra Terima Kunjungan Rombongan PKDN SESPIMTI Polri Dikreg ke-33
- BPN Kolut Komitmen Sukseskan Gerakan Sinergi Reformasi Agraria demi Kesejahteraan Masyarakat
- BPN dan Pemkab Muna Barat Komitmen Bantu Kesejahteraan Warga Lewat Reforma Agraria
“Kami terkendala anggaran yang sangat minim. Sehingga kami tidak mampu berbuat sesuai harapan para petani,” ungkap Kabid Pengembangan Perekonomian Masyarakat, SDA dan TTG, Wahid, SP., MM, saat di Konfirmasi di ruang kerjanya, Selasa (9/4/2019).
Sejauh ini, kata Wahid, kegiatan di bidangnya, hanya mengandalkan anggaran dari APBD. Untuk itu, pihaknya telah mengusulkan penganggaran program TTG tersebut melalui Musrembang Provinsi.
“Tahun ini saya sudah usulkan melalui Musrembang, agar bisa diakomodir nantinya,” tambah Wahid, saat ditemui diruangannya.
Ia juga menyebutkan, untuk kendala anggaran ini telah dialami sejak lama. Bahkan, di tahun 2018 lalu, anggaran di bidangnya hanya dicairkan sebagian, sehingga program TTG kembali terkendala.
Untuk itu, melalui Dana Desa (DD), pihaknya juga meminta Kepala Desa bisa berkoordinasi dengan DPMD untuk mengsingkronkan program TTG agar membuat desa menjadi lebih inovasi dan kreatif.
“Saya menekankan agar kepala desa lebih mampu berinovasi, dan mampu mengembangkan sesuai anggaran DD yang telah ada,” ujarnya.
Menurutnya, program TTG tersebut bakal diwujudkan dalam bentuk pembinaan dan pelatihan bagi masyarakat tentang cara mengolah potensi SDA menggunakan teknologi yang sesuai. Dicontohkan, jika desa memiliki potensi buah pisang melimpah, maka akan diberikan alat pengiris pisang untuk kripik, begitu juga di desa lainnya.
“Kalau potensinya persawahan maka kita akan memberikan alat pembasmi tikus. Selain itu, ada juga yang namanya sistem pengolahan, sistem legowo, dengan cara tanam padi,” pungkasnya. (A)