KENDARIMETRO KOTAPEMPROVWISATA

Gua Tengkorak Lawolatu, Destinasi Wisata Prasejarah Paling Unik di Kolaka Utara

25
Berada di Desa Lawolatu, Kecamatan Ngapa, Gua Tengkorak berdiri megah di Bukit Tetenona dengan ketinggian 210 meter di atas permukaan laut.

KOLAKA UTARA, MEDIAKENDARI.com – Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara, kembali menambah daftar destinasi wisata unggulan yang layak dikunjungi. Salah satunya adalah Gua Tengkorak Lawolatu, sebuah situs prasejarah unik yang menyimpan ratusan peninggalan manusia abad ke-14 serta tradisi pemakaman kuno suku Tolaki.

Berada di Desa Lawolatu, Kecamatan Ngapa, Gua Tengkorak berdiri megah di Bukit Tetenona dengan ketinggian 210 meter di atas permukaan laut. Meski kental dengan aura mistis, gua ini justru menjadi daya tarik utama bagi wisatawan pecinta petualangan, sejarah, dan eksplorasi budaya.

Dari pusat ibu kota Kolut, Lasusua, Gua Tengkorak dapat ditempuh sekitar 30 kilometer. Setelah melewati jalur Trans Sulawesi, pengunjung harus melalui rabat beton sempit yang hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Tantangan sesungguhnya dimulai saat tiba di kaki bukit, di mana wisatawan harus menaklukkan ratusan anak tangga dengan kemiringan 40–50 derajat sebelum mencapai mulut gua.

Selama pendakian, suasana alam yang tenang berpadu dengan vegetasi lebat dan hembusan angin sejuk. Eksotisme liar inilah yang menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman alami tanpa rekayasa buatan.

Memasuki ruang utama gua, pengunjung disuguhi pemandangan yang tak ditemukan di tempat wisata lain. Ratusan tulang dan tengkorak manusia tampak tersusun di sela-sela stalagmit dan bebatuan besar. Temuan ini merupakan bagian dari tradisi penguburan suku Tolaki pada abad ke-14, di mana jenazah tidak dikuburkan, melainkan diletakkan begitu saja di dalam gua.

Bersama jasadnya, masyarakat waktu itu menempatkan berbagai benda berharga sebagai bekal menuju alam lain, seperti cincin, manik-manik, parang, keramik, hingga peralatan rumah tangga. Sebagian artefak itu berhasil diselamatkan pemerintah dan kini tersimpan dalam pengawasan juru pelihara khusus.

Dengan bentang lebar 28,41 meter dan panjang 60,43 meter, Gua Tengkorak juga memiliki langit-langit setinggi 15 meter yang dihuni ratusan kelelawar. Suara kepakan sayap dan nuansa hening menjadikan pengalaman wisata semakin autentik.

Gua Tengkorak mulai dikenal luas sejak dicatat oleh tim Ekspedisi NKRI pada 2013. Penelitian lanjutan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) kemudian memastikan bahwa situs ini merupakan salah satu lokasi pemakaman kuno paling penting dalam sejarah suku Tolaki.

Kabid Kebudayaan Dikbud Kolaka Utara, Sadaruddin, mengatakan bahwa pemerintah setempat telah mengusulkan Gua Tengkorak sebagai cagar budaya sejak 2025 menyusul maraknya penjarahan artefak. Status itu akhirnya disahkan oleh BPCB Sulawesi Selatan pada 12 Agustus 2022.

“Ada masyarakat yang menemukan guci dan keris dari goa itu, tapi sulit dikembalikan karena dulu ditukar dengan hasil bumi,” ungkapnya.

Kini Gua Tengkorak dijaga seorang juru pelihara yang digaji langsung oleh kementerian. Langkah ini dilakukan demi mencegah kerusakan dan menjaga keaslian situs yang sudah berusia ratusan tahun.

Gua Tengkorak bukan hanya menawarkan sensasi wisata ekstrem, tetapi juga memberikan edukasi mendalam tentang sejarah dan kepercayaan leluhur Tolaki. Keunikan struktur gua, perjalanan menuju lokasi yang menantang, serta temuan arkeologis di dalamnya menjadikannya destinasi wisata prasejarah paling unik di Kolaka Utara.

Dengan penataan yang lebih baik dan dukungan penuh pemerintah daerah, Gua Tengkorak berpotensi menjadi daya tarik wisata andalan yang tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga nasional bahkan internasional.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version