HEADLINE NEWSKendariMETRO KOTAPOLITIK

Hasil Survei PSI: Elektabilitas PDIP Meroket, PAN Merayap di Sultra

494
Ilustrasi

Reporter : Kardin
Editor : Kang Upi

KENDARI – Belakangan ini, konstalasi politik menjelang Pemilu 2019 di Sulawesi Tenggara (Sultra) berubah drastis. Hal itu terjadi setelah lembaga survei Parameter Strategi Indonesia (PSI) merilis hasil survei yang dilakukan pada Desember 2018 lalu.

Betapa tidak, PAN yang dulunya menjadi partai pemenang pada Pemilu 2014 kini harus pasrah karena terjun bebas dengan elektabilitas sebesar 1,7 persen. Hal itu berbanding terbalik dengan PDI Perjuangan yang pada Pemilu 2014 hanya berada pada posisi keenam alias tanpa kursi di Senayan.

Namun, kini elektabilitas PDI Perjuangan meroket dan berada pada posisi tertinggi dari semua Partai Politik (Parpol) dengan angka 17,8 persen. Manager Riset PSI, Putri Andini menuturkan, terdapat tiga faktor mengapa PDI Perjuangan unggul di Sultra saat ini. Pertama faktor Nirna Lachmuddin yang juga istri Ishak Ismail yang dikenal dengan jargon ‘Anak Lorongnya Kendari’.

Dari hasil survei, Nirna Lachmuddin menjadi magnet tersendiri bagi PDI Perjuangan Sultra saat ini, ia secara signifikan memberikan kontribusi ril terhadap elektoral PDI Perjuangan Sultra.

“Memang Hj Nirna Lachmuddin menjadi magnet tersendiri untuk PDI Perjuangan,” jelasnya, Rabu (30/01/2019).

Faktor kedua katanya, Fajar Lase yang turut serta mewarnai dukungan PDI Perjuangan di Sultra dengan aneka manuver melalui atribut ruang publik hingga kegiatan blusukan yang ia lakukan.

“Walaupun memang Fajar Lase asli Sumatera, tapi ia sudah memberi kontribusi nyata terhadap elektabilitas PDI Perjuangan Sultra,” ungkap Putri.

Faktor ketiga yakni, Hugua yang merupakan mantan Bupati Wakatobi dua periode serta calon Wakil Gubernur Sultra sekaligus sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Sultra. Investasi Hugua di Pilgub lalu memberi dampak positif terhadap elektoral partai.

“Terlebih di wilayah kepulauan terutama di Wakatobi, Hugua secara konsisten memberi warna tersendiri bagi PDI Perjuangan,” terangnya.

Sementara terjunnya elektabikitas PAN dikarenakan dua faktor, yakni karena faktor tsunami politik, karena banyaknya kader PAN yang terjerat kasus korupsi. Kemudian saat ini PAN tidak memiliki figur kuat yang dapat menggalang dukungan secara signifikan seperti di era Nur Alam atau pun Asrun.

“Faktor itulah yang membuat elektabilitas PAN terjun bebas di Sultra, bahkan hampir sama dengan elektabilitas nasionalnya yang berada diposisi 1,7 persen hingga 2 persen saja,” urainya.

Putri juga menyebut bahwa dari hasil survei PSI, karakter pemilih di Sultra mayoritas memilih karena faktor ketokohan.

“Sedikit saja mereka memilih karena faktor partai,” tutup alumni Institut Pertanian Bogor itu. (A)

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version