BUDAYA

Hujan, Payung Es Cincau Jadi Saksi Pasangan Pengantin di Konawe

1257
Kedua pasangan pegantin diguyur hujan deras, dengan menggunakan payung es cincau. Foto : Jaspin/a

Laporan : Jaspin

Editor : Taya

WAWOTOBI – Prosesi Adat Tolaki “Mowindahako” atau dalam bahasa Indonesianya “Penyelesaian Adat Pengantin” tengah berlangsung di rumah kediaman pengantin perempuan Jini Astin, di Kelurahan Ranoeya, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe, Minggu (31/3/2019).

Terlihat sang pengantin pria, Abrian tengah menjemput pasangannya di tempat persandingannya. Namun saat melangkahkan kaki sang pengantin, ditemani “Puutobu” atau pemangku adat, tiba-tiba diguyur hujan deras.

Meski demikian tak membuat Abrian berhenti. Langkah kakinya terus dilanjutkan demi menjemput sang istri.

Dengan menggunakan payung milik penjual es cincau, Abrian tampak bersemangat. Dari rauk wajahnya terlihat sangat berseri-seri, hingga dirinya tidak menghiraukan lagi hujan yang membasahi pakaianya.

Tak butuh waktu lama, akhirnya kedua pasangan istri itu muncul dari salah satu rumah pengantin wanita.

Dari kejauhan, semua mata tertuju kepada kedua pasangan itu. Dengan langkah yang gemulai, kedua mempelai terlihat tersenyum nan malu.

Akhirnya kedua pasangan pengantin tiba di panggung mempelai. Dengan menggunakan jaz berwarna abu-abu, berpadu dengan gaun warna putih bercampur pink, kedua pasangan Abrian dan Jini naik ke panggung pelaminan sambil bergandengan tangan.

Untuk diketahui, prosesi adat “Mowindahako” berlangsung pada pukul 10:30 Waktu Indonesia Bagian Tengah (Wita) dan acara berlangsung sangat hikmat. Hingga acara prosesi Ijab Qabul sang pengantin pria pun berlangsung dengan lancar.

“Saya Terima Nikahnya Jini Astin binti Daeng Amin, dengan mas kawin 264 ribu rupiah dibayar tunai,” ucap Abrian, dihadapan penghulu.(b)

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version