INTERNASIONAL

ILO Serukan Diakhirinya Penggunaan Anak Jadi Buruh

647
Nizam, (11 tahun) bekerja di pabrik logam di Dhaka, Bangladesh (foto: ilustrasi).

AMERIKA – Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization) menyerukan diakhirinya penggunaan buruh anak-anak, yang mengorbankan puluhan juta anak di seluruh dunia.

Diantara 152 juta buruh anak, terdapat anak-anak yang baru berusia lima tahun. Kebanyakan mereka bekerja seperti budak, dengan upah sedikit ataupun tanpa upah sama sekali. ILO melaporkan hampir separuh dari mereka bekerja dalam lingkungan yang buruk bagi anak-anak, dimana mereka terpapar pada kondisi yang tidak sehat dan berbahaya.

Dalam laporan tersebut, sebagian besar anak-anak itu bekerja di sektor pertanian, yang lainnya bekerja di pertambangan, konstruksi, perikanan dan sebagai pembantu rumah tangga.

Kepala Bagian Prinsip Dasar dan Hak Dalam Bidang Pekerjaan ILO, Beate Andrees mengatakan anak-anak yang terperangkap dalam bentuk pekerjaan yang paling buruk seperti pelacuran dan perbudakan, menderita cedera fisik dan kejiwaan yang tidak bisa dipulihkan

“Menurut standar ILO, bentuk-bentuk pekerjaan yang paling buruk adalah pekerjaan yang berbahaya dan merusak perkembangan anak-anak. Ini termasuk buruh anak yang dipaksa bekerja, atau diperdagangkan, dan juga pengerahan anak-anak dalam konflik bersenjata,” kata Andrees.

Menurut Andrees ada kemajuan yang dicapai dalam mengurangi buruh anak-anak di Asia dan Amerika Latin, tapi di Afrika jumlahnya justru bertambah. Afrika kini punya jumlah buruh anak-anak yang paling besar di dunia.

“Ini bukannya karena kurang tindakan, tapi lebih terkait pada perkembangan demografi, migrasi, perubahan iklim dan keadaan ekonomi yang buruk, yang dampaknya berbeda-beda dari satu kawasan dengan kawasan yang lain,” tambahnya.

Meski begitu, Andrees gembira melihat Uni Afrika telah mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasi hal ini dengan mengembangkan rencana untuk menghapuskan buruh anak-anak sesuai dengan tujuan pembangunan PBB yang berkesinambungan, menjelang tahun 2025. Namun, kalau tingkat kemajuannya masih seperti sekarang, kata Andrees, kemungkinan target PBB itu tidak akan tercapai pada waktunya. (ii)

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version