AMERIKA – Menjelang usianya yang ke lima tahun, Imaam Center, semakin mendapat tempat di hati masyarakat Amerika di sekitarnya yang sangat beragam. Masjid komunitas Muslim Indonesia itu tidak hanya semakin akrab bagi Muslim yang berasal dari berbagai negara tetapi juga semakin dikenal di kalangan non-Muslim yang hendak mengenal Indonesia.
Presiden Imaam Center Bagus Adiyanto mengatakan, Imaam Center kini semakin memainkan peran sebagai duta Indonesia, seperti diharapkan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ketika meresmikan masjid itu tahun 2014. SBY ketika itu meminta agar Imaam Center menjadi duta umat Islam Indonesia dan bersahabat dengan bangsa manapun.
Kepada Duta Besar baru Indonesia untuk Amerika Mahendra Siregar yang berkunjung Sabtu lalu (19/5), Adiyanto mengungkapkan, “KBRI dan Imaam Center mempunyai misi yang sama: Diplomasi. Jadi, kita adalah mitra yang strategis.”
Bagus Adiyanto juga mengungkapkan, semakin banyak kini mahasiswa maupun calon-calon diplomat Amerika, yang akan bertugas ke Asia Tenggara atau Indonesia, datang ke masjid itu untuk melihat langsung kegiatan warga Indonesia, khususnya Muslim, dan Imaam Center sendiri, yang banyak disebut sebagai wajah Muslim Indonesia.
Kenyataan itu membuat Bagus kemudian merujuk Imaam Center sebagai Taman Mini Islam Indonesia yang Indah di Amerika.
“Imaam adalah miniatur eksistensi komunitas Muslim Indonesia di Amerika. Dan kita sangat merasakan gaungnya sangat luar biasa. Kita pun sangat aktif. Engaged dengan local community dan local community di sini pun sangat respon dengan kita.”
Menanggapi laporan itu, Duta Besar Mahendra Siregar mengakui kesamaan misi yang diemban KBRI dan Imaam Center, sama-sama berusaha selalu menjangkau masyarakat, termasuk non-Muslim dan non-komunitas Indonesia. Mengelola masyarakat sosial, ia mengakui, tidak mudah. Tidak ada struktur yang memberi sanksi, dan hanya mengandalkan ikatan hati dan kepercayaan kepada pengurus.
Mahendra memuji Imaam Center karena dikelola dengan baik. Karenanya, ia meminta Imaam menularkan pengalaman positif itu, dengan semangat gotong royong, kepada organisasi lain.
“Mohon bisa ditularkan, bisa di-share betul-betul, dan sedikit banyak disosialisasikan kepada organisasi lain yang masih perlu pembenahan dan perbaikan lebih lanjut,” katanya.
Ustadz Fahmi Zubir, di Imaam Center, Silver Spring, Maryland. (Foto: VOA/Videograb)
Peran Imaam Center sebagai pusat informasi Indonesia juga disampaikan Fahmi Zubir Zakaria yang dipercaya menjadi imam masjid tersebut. “Kita ini menjadi duta. Imaam Center sudah diakui State Department (Departemen Luar Negeri AS),” ujar Fahmi Zubir.
Namun, Fahmi juga mengakui sulitnya merangkul semua Muslim Indonesia untuk berpartisipasi aktif di Imaam Center, meramaikan masjid. “Itu tantangan kita,” jelasnya.
Kini, enam minggu menjelang Ramadan, Imaam Center berbenah dan kembali akan memainkan peran utamanya sebagai rumah bagi setiap Muslim. Menyediakan buka puasa dan sholat tarawih bersama. Ruang sholat masjid yang mampu menampung sampai 350 jemaah akan semakin sesak karena jumlah pengunjung biasanya berkali-kali lipat.
“Karena mereka melihat Imaam Center sebagai tempat yang sejuk, makanannya enak. Top,” imbuh Fahmi Zubir. [ka]