BREAKING NEWS

Jejak Oputa Yi Koo Ditelusuri

550
×

Jejak Oputa Yi Koo Ditelusuri

Sebarkan artikel ini
Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi. Sumber foto : Internet.

Penulis : Ardilan

BAUBAU – Salah satu Sultan Buton, Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi yang dijuluki Oputa Yi Koo coba ditelusuri jejak gerilyanya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama sejumlah pakar.

Hasil penelusuran salah satu pahlawan Nasional itu rencananya nanti akan disusun dalam sebuah deskripsi yang akan ditawarkan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra maupun komunitas sejarah.

“Alhamdulillah usaha keras teman-teman yang sudah mengumpulkan data baik dari ingatan kolektif masyarakat lalu dari dokumen tertulis yang lainnya akhirnya bisa disimpulkan secara bersama soal tempat-tempat yang pernah dilewati Sultan Himayatuddin sampai dengan Siontapina,” ucap Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Baubau, Dr Roni Muhtar, Rabu 13 Oktober 2021.

Roni mengungkapkan saat ini pihaknya tengah mendeskrispikan rangkaian gerilya Oputa Yi Koo dari Benteng Wolio ke Siontapina. Sejumlah pakar yang dilibatkan dibuatkan SK mulai tim pemerintah, budayawan hingga akademisi.

Selanjutnya, menurut Roni, tergantung Pemprov dalam hal pemanfaatan deskripsi tersebut.

“Namanya juga tawaran, terserah yang memanfaatkan apakah mau ditambah atau dikurangi. Rencana kami pak wali yang akan serahkan ke gubernur,” katanya.

Salah satu akademisi, Dr La Ode Abdul Munafi menambahkan rute gerilya yang dirumuskan ditambah dengan narasi dari berbagai sumber yang berasal dari sejumlah literarur maupun memori pengetahuan masyarakat.

“Itulah yang kita kolaborasi bersama tim sehingga untuk sementara kita menghasilkan rumusan ata deskripsi,” katanya.

Ia menyebut, terdapat 13 titik yang ditawarkan. Salah satunya, gerilya dari benteng keraton yang terdapat didua titik dari Lawana Lanto ke Lawana Kampebuni. Kemudian ada juga titik di Sorawolio tepatnya di titik Wasinabui kemudian ke titik Lakasuba selanjutnya titik di wilayah Kabupaten Buton, ada beberapa titik serta terakhir di Siontapina melalui rute Pasarwajo.

Ia menilai giat seperti ini sangat bagus dalam rangka semangat nasionalisme. Darisini generasi saat ini bisa belajar bagaimana pejuang di masa lalu sangat luar biasa gigihnya didalam mempertahankan eksistensi kedalutan.

Apalagi diketahui, urai dia, cucu dan putri Sultan Hiamayatuddin menjadi tawanan VOC untuk dijadikan alat untuk melunakkan hati sang sultan. Namun rupanya itu tidak ada artinya dibanding nilai harkat dan martabat.

“Jadi semua dipertaruhkan untuk kemormatan bangsa. Kita berharap momentum yang bagus ini dijadikan pembinaan karakter bagi generasi muda, terlebih ini bisa menjadi satu program rutin yang bukan lagi skala lokal dan provinsi. Kita harapkan karena ini pahlawan nasional maka harus menjadi kegiatan nasional di masa yang akan datang,” tandasnya.

You cannot copy content of this page