NEWS

Kayuhan Becak Tua Sang Ayah Membawa Nurfahmi Hingga Sarjana di Kampus Ternama di Sultra

750
×

Kayuhan Becak Tua Sang Ayah Membawa Nurfahmi Hingga Sarjana di Kampus Ternama di Sultra

Sebarkan artikel ini
Nurfahmi bersama Ayah tercinta saat momen perayaan wisudanya

KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Nurfahmi adalah sosok wisudawati lulusan Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari yang videonya viral beberapa hari lalu diberbagai macam media sosial karena diantar dan pulang menggunakan becak tua sang Ayah secara romantis yang membuat semua mata tertuju padanya.

Nurfahmi merupakan anak tunggal dari La Fara yang berprofesi sebagai tukang becak di belakang Pasar Mandonga sedangkan Ibunya hanya Ibu Rumah Tangga (IRT) setelah di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari pekerjaannya sebagai pembersih halaman rumah orang karena adanya wabah Covid-19 beberapa tahun lalu.

Awalnya Nurfahmi tinggal di Kabupaten Muna, namun saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia harus pindah ke Kota Kendari bersama orang tuanya sekitar tahun 2012 lalu dan saat ini tinggal di Lorong Cendana, Jalan KH. Ahmad Dahlan, Kelurahan Bonggoea, Kecamatan Wuawua.

Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Kendari dengan mengubur semua niat besar ingin bersekolah di sekolah ternama di Kota Kendari, sebab mengingat kondisi orang tuanya memiliki keterbatasan ekonomi.

Namun dengan kondisi yang demikian tidak sedikitpun menyurutkan semangat dan tekatnya untuk mengapai mimpi dan membahagiakan kedua orang tua. Sehingga saat lulus, dirinya kembali melanjutkan sekolah di perguruan tinggi Universitas Halu Oleo dengan mendapatkan bantuan beasiswa bidikmisi.

Bukan tanpa sebab, semangatnya ini lahir untuk melanjutkan sekolah merupakan dorongan dari kedua orang tua dengan harap dapat mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik lagi kedepannya. Mengingat Nurfahmi adalah anak tunggal yang menjadi satu-satunya harapan dikemudian hari.

Terlebih menurutnya, bahwa kedua orangnya hanyalah tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan memiliki niat besar melanjutkan pendidikan dulunya, namun terkendala dibiaya. Sehingga pada saat itu juga memutuskan untuk tinggal dan berkerja di rumah orang, namun lagi-lagi usaha tersebut harus terhenti di tengah jalan. Sehingga kisah itu tidak ingin menimpa juga anaknya.

“Dorongan terkuat itu dari orang tua kak, karena orang tua sendiri dulu ingin sekolah tapi tidak punya biaya. Jadi mereka itu dulunya tinggal di rumah orang dari SD, sempat sampai duduk di bangku SMP tapi karena sudah capek kerja di rumahnya orang jadi tidak lulus. Nah jadi mereka dorong saya untuk bagaimana pun caranya harus sekolah, kemudian saya jawab, iya saya akan berusaha untuk dapat beasiswa bidikmisi siapa tau diterima, kalau memang tidak kata orang tua tetap bagaimana pun harus kuliah,” ujarnya, Sabtu (6/5/2023).

Nurfahmi mengungkapkan, selama kuliah dirinya betul-betul dibentuk untuk menjadi anak yang cerdas dengan tidak pernah dituntut melakukan pekerjaan rumah oleh orang tuanya melainkan hanya difokuskan belajar dengan giat dan dapat selesai tepat waktu serta menjadi kebanggaan keluarga kedepannya agar bisa membuktikan pada dunia bahwa anak tukang becak juga bisa sukses dengan berbagai macam keterbatasannya.

Bahkan pada masa-masa kuliah ia tidak pernah menyangka kebutuhan dikampusnya bisa selalu dipenuhi oleh sang Ayah, meski harus menunggu beberapa hari dulu mengingat kondisi Ayahnya yang hanyalah berporfesi sebagai tukang becak.

Tidak ingin mengecewakan orang tuanya, Nurfahmi selama kuliah selalu belajar dengan tekun, bahkan dirinya aktif diberbagai organisasi dan saat ini menjabat sebagai ketua Umum Pimpinan Daerah (PD) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Kendari. Sebab menurutnya organisasi adalah salah satu wadah yang tepat untuk berproses, mencari ilmu diluar serta mengasah skil dan keterampilan.

Sehingga pada akhirnya momen yang dinantikan selama itu tiba, yakni menjadi bagian dari salah satu ribuan wisudawan dan wisudawati yang dikukuhkan di dalam Gedung Audiotorium Mokodompit UHO pada wisuda gelombang kedua periode Januari-April 2023 dan mencapai IPK 3.22 dengan lama studi 3 tahun 8 bulan.

Di mana kayuhan becak tua sang Ayah tersebut kini telah mengantarkan Nurfahmi hingga menjadi seorang sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Matematika di kampus ternama yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menurut pengakuannya, bahwa momen yang diciptakan dengan cara diantar dan pulang menggunakan becak itu merupakan sebuah komitmennya yang dibuat bersama sang Ayah sejak awal duduk di bangku kuliah dengan tujuan tidak melupakan keberhasilan yang diraih hari ini berkat perjuangan kayuhan becak sang ayah.

“Dulu saya sudah berkomitmen bersama Ayah saya, bila nanti saya wisuda dan Ayah masih kuat mengayuh becaknya, dia minta untuk mengantarkan saya ke kampus menggunakan becaknya,” katanya.

“Lagi-lagi bangga kak, kan orang tua pernah bertanya apakah malu dibonceng pakai becak, tapi saya bilang tidak, saya bangga punya keluarga seperti ini, saya bangga dilahirkan sebagai anaknya mereka dan saya bangga Ayah saya berprofesi sebagai tukang becak,” tambahnya.

Sosok Ayah dalam dirinya baginya adalah seorang superhero yang selalu ada dan memberikan kecukupan di saat ia membutuhkan sesuatu, serta menyakinkannya bahwa segala yang kurang hari ini Allah akan cukupkan dikemudian hari. Sedangkan Ibu merupakan malaikat yang memberikan kekuatan untuk terus melangkah dalam menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai.

“Ibu saya adalah sosok malaikat dan pendorong bagi saya karena kemarin di saat saya konsul ditolak dan lain-lain yang membangkitkan semangat untuk terus maju adalah Ibu saya dan yang mencukupi makanan sehari-hari adalah Ibu saya. Saya tidak tau dari mana dia dapatkan dari sayur, ikan yang begitu lengkap. Karena dia bilang asupan itu sangat menunjang pengetahuan, maka sebisa mungkin ia penuhi asupan itu tiap harinya,” ungkapnya.

Terakhir, Nurfahmi mengungkapkan bahwa dirinya bercita-cita menjadi sebagai seorang guru atau doses agar bisa membanggakan dan memberikan pahala yang tidak ada putusnya untuk kedua orang tua sebagai tanda balas budinya. Sebab menurutnya profesi tersebut merupakan salah satu amalan jariyah yang tentunya dapat dinikmati juga oleh orang tua meski telah meninggal dunia.

Reporter : Muhammad Ismail

You cannot copy content of this page