KENDARI – Orang-orang yang akan sukses dalam menapaki hidup dan kehidupannya adalah mereka yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan saja, melainkan juga memiliki keterampilan serta kemampuan bersosial dengan didukung oleh akhlak yang baik, sehingga sangat penting dan perlu untuk meningkatkan bidang kewirausahaan di pondok pesantren
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BLK Kendari Dr La Ode Haji Polondu ketika bertindak sebagai narasumber pada rapat kerja pondok pesantren lingkup kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berlangsung, di Hotel Plaza Qubra Kendari, Selasa (24 – 25 Januari 2022).
Dalam paparannya di hadapan para ustadz dan ustadzah pimpinan dan pengelola pesantren se Sulawesi Tenggara, Kepala BLK Kendari Dr La Ode Haji Polondu memberikan motivasi agar pondok pesantren semakin meningkatkan keterampilan santri dan santriwati yang diasuhnya sehingga mereka kelak akan menjadi insan yang multitalenta, menguasai ilmu agama Islam, memiliki pengetahuan umum, memiliki ketrampilan serta dapat mengembangkan kewirausahaan di tengah masyarakat.
Ia menjelaskan, merujuk pada undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
“Atas dasar ini pula, maka pendidikan di Pondok Pesantren yang dilaksanakan sesuai amanah undang-undang menjadi hal yang penting untuk ditingkatkan,” ujarnya, Rabu 26 Januari 2022
Pendidikan sendiri, lanjut dia, terdapat tiga jenis yakni pendidikan formal, non formal, dan informal. Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari, baik dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Baca Juga : Telkomsel : Nomor Prabayar yang Sudah Hangus Bisa Diaktifkan Kembali
“Pondok pesantren selain sebagai lembaga yang mengajarkan kepada santri tentang ilmu agama tetapi juga di era sekarang ini santri di harapkan mempunyai motivasi untuk berwirausaha agar dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Peran pondok pesantren adalah dengan mengetahui dimana minat santrinya kemudian menumbuhkan motivasi kepada santri untuk meningkatkan ketrampilan serta berwirausaha mandiri,” papar orang nomor satu di BLK Kendari.
Merujuk pada catatan KH Solahudin Sanusi (1982;17), lanjutnya, ajaran Islam sangat universal, bukan hanya mengajarkan hal yang transendental saja (Hablum Minallah) tetapi ajaran Islam juga sangat konsen sekali mengajarkan antroposentris atau hubungan dengan sesama manusia (Hablum Minannaas), yakni masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, hukum, kecakapan hidup, kemasyarakatan dan kepemimpinan.
“Landasan Teologisnya adalah Kemandirian (biyadih) yang terbagi menjadi dua yakni Amalul ArRajuli Biyadihi’ (amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringat sendiri) dan Alyadul ‘ulya khairun minal yadul sufla (tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah),” bebernya.
Mantan Kepala Bagian (Kabag) Rumah Tangga Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI) ini juga memaparkan tentang pentingnya memiliki keterampilan.
Pasalnya, ketika memasuki era globalisasi di era revolusi industri 4.0, peranan manusia akan berkurang karena akan digantikan oleh mesin, banyak dari pekerjaan yang ada saat ini akan hilang dan akan digantikan oleh jenis pekerjaan baru, teknologi berubah dengan cepat, maka kita pun harus cepat pula beradaptasi dengan perubahan jika tidak ingin tertinggal dan digilas oleh pesatnya perubahan itu.
Baca Juga : Tekan Angka Gizi Buruk, BKKBN dan Perum Bulog Sultra Siapkan Beras Fortivit
“World Economic Forum (WEF) dalam laporan terbarunya, memperkirakan di dunia akan ada 97 juta pekerjaan baru yang tumbuh bersamaan dengan 85 juta pekerjaan yang akan berkurang,” tandanya.
Indonesia sendiri, tambah dia, sebagaimana dilaporkan McKinsey, diprediksi akan ada 23 juta jenis pekerjaan yang terdampak oleh otomatisasi puluhan juta pekerjaan baru yang muncul dalam kurun waktu tersebut.
“Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama, sehingga kita tidak menjadi penonton di negeri sendiri khususnya generasi muda kita lebih khusus lagi santri dan santriwati yang kita asuh,” paparnya.
Demographic dividend atau bonus demografi juga, lanjut dia, sangat berpengaruh yaitu suatu kondisi dimana populasi masyarakat akan didominasi oleh individu-individu dengan usia produktif. Usia produktif yang dimaksud adalah rentang usia 15 hingga 64 tahun.
“Dampak bonus demografi bisa berdampak positif juga negatif. Dampak positifnya, membuka peluang kerja, perkembangan ekonomi, pertumbuhan sektor pemerintah, sedangkan dampak negatifnya yaitu membludaknya angka pengangguran, kualitas dan kualifikasi yang tidak seimbang, peningkatan jumlah lansia di suatu negara (anging population),” tutupnya.
Diketahui, bonus demografi adalah titik dimana mayoritas masyarakat diisi oleh orang-orang produktif. Sehingga sebagai calon pekerja, maksimalkan segala potensi yang kita punya karena perbandingan antara jumlah pelamar nantinya akan lebih besar dari pada jumlah lowongan kerja yang tersedia, oleh karena itu dibutuhkan skill dan kompetensi yang mempuni untuk menghadapi persaingan dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada santri nantinya.
Reporter : Muhammad Ismail