Kendari

Ketua ATL Pusat: Bahasa Menentukan Kualitas Bangsa

806
Ketua ATL Pusat, Dr. Pudentia saat memberikan sambutan di acara penyerahan sertifikat penghargaan kepada Gubernur Sultra, Selasa malam, 15 Desember 2020. Foto: La Ato

Reporter : La Ato

KENDARI – Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pusat, Dr. Pudentia memaparkan, salah satu penanda kualitas masyarakat adalah kemampuannya dalam berbahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis.

Olehnya itu, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahasa menunjukan identitas bangsa. Dengan kata lain, seseorang dinilai dari tutur katanya.

Hal ini disampaikan Dr Pudentia dalam sambutan acara penyerahan sertifikat penghargaan ATL Pusat kepada Gubernur Sultra, Ali Mazi di salah satu hotel di Kota Kendari, Selasa malam, 15 Desember 2020.

Bahasa yang benar, papar Dr. Pudentia, tidak saja karena konstruksi tata bahasanya benar. Tetapi, karena disampaikan dengan cara yang tepat, sesuai dengan situasi, kondisi, dan sasaran pembicaranya.

“Bila bahasa menentukan bangsa, berarti bahasa seseorang akan menentukan kualitas bangsa. Olehnya itu, setiap orang harus memperhatikan bagaimana tetap menggunakan bahasa dengan santun, sesuai dengan tujuan dan yang ditujukannya,” paparnya.

Menurutnya, pemerolehan bahasa yang santun ini tidak serta-merta dapat dilakukan dan didapatkan seseorang. Kebiasaan sejak dini dan lingkungan sosial masyarakat akan banyak menentukan pola berbahasa seseorang.

“Dalam konteks budaya Indonesia, salah satu sumber berbahasa dengan santun dapat diambil dari pantun. Karena sifat kesantunannya ini, apa yang diungkapkan dalam pantun hampir tidak pernah melukai hati seseorang,” tambahnya.

Ia mengakui, bahwa pantun merupakan produk budaya tertua, karena pantun telah sangat lama dikenal sebagai bagian dari tradisi masyarakat budaya Indonesia.

“Meskipun kita tidak banyak yang menggunakannya, pantun dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, baik ritual maupun dalam kehidupan keseharian kelompok masyarakat,” terangnya.

Banyak hal, kata Dr. Pudentia, dapat disampaikan melalui pantun, diantaranya nasehat, petuah, sindiran, kritikan berbagai ajaran, pesan, ungkapan kasih sayang, harapan, etos kerja, pendidikan, dan berbagai ekspresi lainnya.

“Pantun bukanlah hanya bagian dari masa lalu kita, tapi juga dapat menjadi bagian dari masa kini dan masa depan, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih sangat relevan dengan situasi masa kini,” pungkasnya. /B

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version