JAKARTA, MEDIAKENDARI.com – Sore itu, langit Jakarta tampak mendung, seakan ikut menyelimuti langkah seorang kepala daerah yang tengah menjadi sorotan nasional.
Tepat pukul 16.24 WIB, pintu mobil terbuka di halaman Gedung Merah Putih KPK, dan keluarlah sosok Bupati Kolaka Timur, Abdul Azis.
Bukan sorot mata yang ia tunjukkan, melainkan ketenangan yang nyaris dingin. Jaket krem membungkus tubuhnya, topi putih menunduk menutupi wajah, dan masker hitam menyamarkan ekspresi.
Tangannya menggenggam erat gagang sebuah koper hitam, yang berderit pelan setiap kali rodanya bergulir menyusuri lantai lobi KPK.
Tidak ada senyum, tidak ada kata-kata. Hanya satu lambaian singkat untuk awak media yang berdesakan sambil memanggil namanya. “Pak, masker buka, Pak! Kemarin gagah, Pak, saat konpers,” teriak seorang jurnalis, namun Abdul Azis tetap melangkah, seakan suara-suara itu hanya angin lalu.
KPK membenarkan, pria yang kini berjalan menuju ruang pemeriksaan itu sudah berada dalam pengamanan mereka.
“Benar, yang bersangkutan sudah diamankan oleh tim KPK,” ujar Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, dikutip dari IDN times.
Misteri semakin pekat karena sehari sebelumnya, KPK menggelar Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Kolaka Timur, mengamankan sejumlah orang.
Nama Abdul Azis pun mencuat dalam pusaran kabar tersebut. Meski ia sempat membantah ikut terjaring, penampilannya hari ini seolah membuka babak baru dari teka-teki yang belum terjawab.
Ironisnya, saat diamankan, ia tengah berada di Makassar untuk bersiap menghadiri Rakernas Partai NasDem. Bahkan, hanya beberapa jam sebelumnya, ia berdiri di hadapan wartawan bersama Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni, menegaskan dirinya tidak terkena OTT.
Kini, semua mata tertuju pada koper hitam yang setia ia seret. Apakah hanya berisi pakaian untuk perjalanan panjang atau justru menyimpan rahasia yang bisa mengungkap skandal besar?
Koper itu bergulir masuk ke lorong gedung antirasuah, meninggalkan tanda tanya yang menggantung di udara dan mungkin, jawaban yang tak lama lagi akan mengguncang panggung politik Sulawesi Tenggara.
