NEWS

Latih Tim Pendamping Keluarga, Ini Pesan Kepala BKKBN Agar Bayi Tidak Stunting

363
×

Latih Tim Pendamping Keluarga, Ini Pesan Kepala BKKBN Agar Bayi Tidak Stunting

Sebarkan artikel ini

SEMARANG, MEDIAKENDARI.COM – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp. O.G (K) menekankan setiap pasangan calon pengantin harus sehat dan tidak boleh anemia agar bayi yang akan dilahirkan sehat dan tidak stunting.

Hal tersebut disampaikan Hasto Wardoyo kepada ratusan anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tengah mengikuti orientasi di aula kantor Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Kamis (09/03/2023). Orientasi yang dilaksanakan di aula “Bergerak Bersama” itu diikuti Tim Pendamping Keluarga dari Kecamatan Gajahmungkur dan Kecamatan Candisari.

“Yang mau nikah harus sehat. Yang mau hamil dan melahirkan harus sehat. Mau menikah syaratnya lingkar lengan atas minimal 23,5 centimeter, HB 12 ke atas. Jika kurang berarti anemia. Jika setelah diperiksa syarat itu kurang, maka boleh nikah. Tapi jangan hamil dulu. Jika hamil anaknya berpotensi stunting,” kata Hasto.

Dalam pemaparan kepada TPK, Hasto Wardoyo yang sebelumnya meninjau Pelayanan KB Serentak di RS Tentara Bhakti Wira Tamtama Kota Semarang itu didampingi Walikota Semarang Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, M.Sos. Sebelum di Semarang,. Hasto Wardoyo melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Demak dengan agenda pelayanan KB serentak dan memberi arahan kepada Satgas Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Demak.

Selain soal kesehatan calon pengantin, Hasto juga menyampaikan penyebab-penyebab stunting dengan gaya dialog. “Jadi penyebab stunting, kurang gizi, kurang sehat, dan kurang apalagi, sinten sing ngertos (siapa yang tahu)?” tanya Hasto.

Salah satu peserta yang menjawab kurang kasih sayang atau kurang perhatian. “Njih seratus! Tepatnya kurang perhatian. Parenting-nya kurang baik,” sambut pria kelahiran 1964 ini dengan senyum khasnya.

Selanjutnya Hasto meminta 156 orang hadirin yang tergabung dalam TPK untuk memahami bahwa ikan lele lebih baik dari daging sapi.

“Lele niku protein tinggi. Lele niku pun murah tur gampang tur bergizi (Lele itu sudah murah juga mudah dan bergizi). Yang membuat lele lebih bagus dari daging sapi adalah karena ikan lele mengandung DHA dan Omega 3 yang mencerdaskan otak bayi. Selain lele, ikan asin atau gereh juga tidak bisa dipandang sepele karena mengandung kalsium yang diperlukan ibu hamil.

Kepala BKKBN juga mengingatkan akan khasiat daun Kelor. “Daun Kelor meniko sae sanget (daun Kelor itu sangat baik), karena mengandung protein-protein yg menyerupai protein hewani. Cara memasaknya dengan membuang batangnya, hanya daunnya saja (yang diolah). Daun kelor dibandingkan tomat dan wortel lebih tinggi kandungan kalsiumnya,”. Jelas Hasto.

Menurut Hasto, protein tinggi akan mencegah tiga dampak stunting yaitu pendek, tidak cerdas dan mudah sakit.

Untuk bayi yang sudah lahir, tidak boleh terlewat imunisasi wajib. Imunisasi lengkap didukung dengan lingkungan bersih akan menghindarkan dari bayi yang sakit-sakitan, terutama diare.

“Jika anak sering diare, berat badan tidak naik, tiga bulan berat tidak naik, tinggi badan tidak bertambah. Anak terindikasi stunting,” kata dokter spesialis obgyn ini.

Sementara itu, Walikota Semarang Hevearita Rahayu menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kepala BKKBN yang berkenan menyemangati TPK peserta orientasi hari ini dengan memaparkan materi secara langsung.

Walikota yang akrab disapa Mbak Ita ini mengatakan selama periode tanggal 2 hingga 21 Maret 2023 akan diadakan pelatihan TPK yang seluruh pembiayaannya berasal dari BKKBN.

Secara keseluruhan peserta pelatihan berjumlah 3.822 orang yang terdiri dari unsur bidan, unsur TP PKK dan unsur kader KB.

“Kerja keras dari teman – teman semua, seluruh stake holder juga, telah mendapatkan apresiasi dari Pak Hasto. Kota Semarang mencapai 10,9 persen penurunan stunting adalah wujud dari bergerak Bersama,”,kata Ita.

Menurut Ita, Kota Semarang sudah memiliki Kebun Gizi dan Rumah Pelangi Nusantara untuk penanganan stunting. “Dengan support Kepala BKKBN, Menteri PPPA meresmikan Rumah Pelita untuk anak – anak stunting dan baduta. Di Kelurahan Podorejo, Kecamatan Gunungpati telah diresmikan rumah Pelita kedua dan lokasi – lokasi selanjutnya akan menyusul. Moga – moga di Kota Semarang angka stunting turun menjadi nol persen dengan inovasi – inovasi terbaru,” tutur penulis Buku Resep Masakan Baduta dan Ibu Hamil Untuk Generasi Emas Indonesia tersebut.

Ita mengatakan di Kecamatan Gajahmungkur terdapat 60 kasus anak stunting namun saat ini jumlah tersebut telah turun menjadi 40 kasus. Penanganan stunting menurut Mbak Ita (dilakukan) dari hulu ke hilir, dan tidak dimulai sejak bayi lahir.

Pemerintah Kota Semarang dalam hal ini Dinas Kesehatan selanjutnya akan melakukan pemberian gizi kepada anak – anak SMP, sebagai wujud upaya pencegahan stunting yang dimulai sedini mungkin.

Kegiatan Orientasi Tim Pendamping Keluarga di Kota Semarang turut dihadiri Direktur Bina Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN Martin Suanta, SE, M.Si, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang dr. Lilik Faridah, MM, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah drg. Widwiono, MKes, dan Ketua Tim Kerja KBKR Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Agoes Poedjianto, SH, M.Kes dan Camat Gajahmungkur Ade Bhakti Ariawan, SH., MAP

You cannot copy content of this page