FEATUREDKendariWISATA

Lestarikan Budaya dan Kearifan Lokal Melalui Festival Benua

1130
×

Lestarikan Budaya dan Kearifan Lokal Melalui Festival Benua

Sebarkan artikel ini

KENDARI – Melestarikan budaya dan kearifan lokal dalam mendorong kemandirian masyarakat Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui festival Benua. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Camat Benua, Muh Rasul, disalah satu hotel Kendari, pada Senin (18/12) malam.

Rasul mengatakan, Festival Benua merupakan pelaksanaan adat istiadat serta budaya suku Tolaki yang dilestarikan dari berbagai adat modern yang masuk di Indonesia.

“Dalam konteks festival inilah, kolektif kerja masyarakat adat Tolaki Benua, pemerintah Kecamatan Benua, Komunitas Ruruhi Project dan Walhi Sultra menyelenggarakan Festival Benua bertemakan ‘Save Our Culture’ yang diselenggarakan pada 1 sampai 24 Desember 2017 di Desa Benua Utama, Kecamatan Benua,” ujarnya.

Dia mengatakan, dalam Festival Benua 2017 ini dibagi menjadi dua sesi kegiatan, yakni tanggal 1 sampai 4 Desember 2017 berupa kegiatan ritual Lulo Ngganda dan tanggal 23-24 Desember 2017 berupa kegiatan prosesi adat istiadat dan budaya berupa seni dan olah raga tradisional suku Tolaki.

“Pengunjung akan memperoleh pengetahuan tentang budaya Tolaki sebagai sebuah tradisi yang menjadi referensi budaya lokal di Bumi Sultra yang pada gilirannya akan mendorong terciptanya kemandirian ekonomi masyarakat melalui industri pariwisata,” ucap Rasul.

Katanya, laju perkembangan dunia dan pesatnya teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi saat ini tidak luput dari dampak negatif terhadap kesenian dan budaya lokal sebagai karakter bangsa. Realita saat ini sambungnya, menunjukkan kurangnya apresiasi para pemuda terhadap kesenian dan budaya asli milik Indonesia pada umumnya dan suku Tolaki pada khususnya di Kabupaten Konawe Selatan.

“Situasi ini lebih diperkeruh lagi dengan akulturasi budaya yang dibawa oleh banyaknya pendatang ke daerah ini dan budaya asing yang dapat berdampak pada perubahan paradigma, sikap dan peradaban bangsa yang bermartabat,” terangnya.

Ia menambahkan, masuknya budaya barat yang mendapat respon positif dari kalangan remaja tanpa adanya filter dan penyeimbang dari budaya lokal mengakibatkan para remaja, pemuda dan sebagian besar masyarakat mengalami kerancuan dalam memahami dan membedakan antara budaya asli milik Indonesia dengan budaya asing.

Konferensi Pers Festival Benua di Plaza Inn Kendari (Foto: Waty)

“Adat istiadat budaya suku Tolaki, yang semestinya kita lestarikan kini tenggelam di tengah-tengah begitu kuatnya arus budaya asing yang masuk hingga ke pelosok-pelosok desa,” urainya.

Ditemukan fakta bahwa hanya sedikit saja jumlah remaja ataupun pemuda yang bisa membawakan atau melestarikan adat tradisional. Olehnya itu tambah Rasul, melalui kegiatan Festival Benua diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para pemuda dalam mempertahankan budaya lokal.

“Semoga dengan kegiatan ini, dapat meningkatkan pemahaman pemuda dan masyarakat dalam menjaga serta mempertahankan budaya lokal yang ada,” pungkasnya.

Reporter: Waty
Editor: Kardin

You cannot copy content of this page