NEWS

Lima Komunitas Masyarakat Keraton Juga Suarakan Penolakan Revitalisasi Baruga Wolio Berbahan Beton

933
×

Lima Komunitas Masyarakat Keraton Juga Suarakan Penolakan Revitalisasi Baruga Wolio Berbahan Beton

Sebarkan artikel ini
Komunitas Masyarakat Keraton saat membahas penolakan revitalisasi baruga Wolio berbahan beton.

BAUBAU,MEDIAKENDARI.COM – Gaung penolakan terhadap rencana Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Ali Mazi yang menginginkan revitalisasi baruga adat Wolio berbahan beton terus menggema.

Teranyar, sejumlah elemen masyarakat yang mendiami wilayah Keraton Kesultanan Buton diantaranya lima komunitas yaitu Karang Taruna Lelemangura, Melai Peduli, Pemerhati Wolio Makesana, Media Center Keraton Buton dan Forum Komunikasi Peduli Benteng Wolio sepakat bertemu untuk menyuarakan penolakan terhadap revitalisasi baruga berbahan beton, Senin 13 Maret 2023.

Alasannya sangat jelas yakni bahan beton bukan ciri khas budaya Kebutonan.

“Kami menolak keras jika revitalisasi baruga ini berbahan beton. Seharusnya baruga adat keraton wolio ini didesain dan memiliki prinsip pelestarian dengan melihat pendekatan sejarah bangunan arsitektur tradisional,” ucap Ketua Forum Komunikasi Benteng Wolio, Harmin Rahmat.

Ketua Melai Peduli, Ir Ahmad Zakih sangat mengapresiasi inisiatif pemerintah pusat atas rencana merevitalisasi baruga keraton buton yang merupakan benda peninggalan leluhur masyarakat adat keraton di tanah khalifatul khamis ini. Namun pihaknya sangat menyayangkan jika bentuk arsitektur baruga yang akan dibangun tidak berbahan dasar kayu.

“Seharusnya revitalisasi ini harus mempertimbangkan bentuk keaslian, dan nilai-nilai filosofis kebudayaannya. Harus mengacu undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya, Peraturan Pemerintah Nomor 178/2022 tentang penetapan kawasan benteng keraton wolio sebagai kawasan khusus, Perwali Nomor 178/2022 tentang penetapan kawasan benteng keraton wolio sebagai kawasan khusus, Kepmendikbud Ristek No. 115/2021 tentang penepatan benteng keraton wolio buton sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional,” katanya.

Ketua Karang Taruna Lelemangura, Irwadin berharap dengan momen revitalisasi baruga keraton wolio yang akan dilakukan kementrian PUPR ini harus mengembalikan nilai-nilai kearifan lokal sebagai bentuk pelestarian cagar budaya.

“Tetap menolak keras betonisasi. Harus mengembalikan niliai-nilai baruga masa lalu, akhirnya menjadi corong pelestarian cagar budaya,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Pemerhati Wolio Makesana, Ichsanuddin. Menurutnya, sudah menjadi kewajiban pembangunan baruga harus memperhatikan bentuk arsitektur masa lalu dan nilai-nilai filosofis kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Selain itu juga, ia meminta pihak Kementrian PUPR untuk melibatkan masyarakat kawasan benteng keraton wolio dalam pembangunan nantinya.

Kelima komunitas ini berkomitmen akan terus mengawal rencana revitalisasi ini hingga pelaksanaan kegiatannya selesai. Ini bertujuan memastikan benda peninggalan leluhurnya sebagaimana harapan mereka.

Kelima komunitas yang berada di dalam benteng keraton wolio itu tengah melakukan konsolidasi bahkan masuk ke ranah advokasi. Pihaknya akan segera bersurat ke Kementrian PUPR, Badan Pelestarian Kebudayaan wilayah XIX, Pemerintah Daerah Kota Baubau dan juga DPRD Kota Baubau. Mereka juga menyatakan siap diajak dialog terkait rencana revitalisasi baruga tersebut.

Penulis : Ardilan

You cannot copy content of this page