NEWS

Literasi Digital Kominfo: Pintar, Kritis, Sekaligus Santun di Media Sosial

431

 

 

Redaksi

BULUKUMBA – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 8 Juni 2021 di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali adalah “Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial.”

Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Ade Iva selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, Jafar G Bua selaku pegiat literasi digital sekaligus mantan Ketua AJI, Budaya dan Informasi Sosial, Andi Fauziah Astrid selaku dosen Jurnalistik UIN Alauddin Makassar, Andhika Mappasomba selaku pegiat literasi. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Desy Indira. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Pemateri pertama adalah Ade Iva yang membawakan tema “Staying Save on Media Social”. Menurut dia, literasi digital diperlukan dalam mengolah informasi, pendidikan, pembentukan kepribadian, pengembangan, riset informasi, sampai kemanusiaan. “Manfaatkan sosial media untuk berkomunikasi dan memperluas jaringan. Jangan lupa untuk mempelajari caranya, karena komunikasi digital berbeda dengan komunikasi langsung,” kata Ade.

Berikutnya, Jafar G Bua menyampaikan materi bertema digital ethics dalam berinteraksi melalui media sosial. Ia mengatakan, meski tidak ada aturan tertulis dan tidak seketat komunikasi langsung, etika digital tetap perlukan. Etika digital juga penting dalam mengonsumsi konten-konten digital. “Kita harus menimbang sebelum mengunggah atau berkomentar di media sosial karena bisa berbalik ke diri sendiri,” lanjut Jafar.

Sebagai pemateri ketiga, Andi Fauziah Astrid membawakan tema tentang “Digital Culture: Bahasa Baik di Media Digital.” Menurut dia, prinsip komunikasi yang digunakan di media sosial berbeda dengan komunikasi langsung. Dengan demikian, setiap orang yang mengakses media sosial harus mengetahui prinsip dunia digital: kolaboratif, partisipatif, dan jejaring. “Karakter yang muncul dari interaksi di media sosial, khususnya di Indonesia, terkesan tidak sopan, penuh sarkasme, dan propaganda. Kita harus paham bahwa gaya bahasa yang digunakan di media sosial cenderung informal,” sebutnya.

Adapun Andhika Mappasomba, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema mengenai “Digital Safety: Pahami dan Kenali Rekam Jejak di Era Digital.” Ia mengingatkan pentingnya menerapkan etika dalam bermedia sosial sehingga tidak meninggalkan jejak digital yang negatif. “Ada banyak penyebab yang mempengaruhi jejak digital seseorang menjadi negatif, seperti budaya kota-desa yang berbeda, pendidikan, serta adat istiadat dan budaya yang berlaku di suatu tempat,” katanya.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version