DaerahFEATUREDKOLAKA

Makam Sangia Nibandera, Bukti Kebesaran Kerajaan Mekongga

4539
Pemakaman Raja VIII, Sangia Nibandera yang terletak di Desa Tikonu, Kecamatan Wondulako Kabupaten Kolaka.
Pemakaman Raja VIII, Sangia Nibandera yang terletak di Desa Tikonu, Kecamatan Wondulako Kabupaten Kolaka.

Reporter: Taswin Tahang
Editor: La Ode Adnan Irham

KOLAKA – Wilayah Kabupaten Kolaka diyakini sebagai pusat kota Kerajaan Mekongga yang perna ada disekitaran tahun 1200, salah satu bukti yaitu adanya pemakaman Raja VIII, Sangia Nibandera di Desa Tikonu, Kecamatan Wondulako.

Untuk kesana bisa mengunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan lama waktu tempuh 15 menit dari Kota Kolaka.

Memasuki kompleks pemakaman kita akan menjumpai masjid serta panggung yang dibuat saling berhadapan, seakan menjelma sebagai gerbang sebelum masuk ke wilayah pemakaman.

Selain kedua bangunan itu ada juga pendopo yang biasanya digunakan untuk acara adat seperti mosehe (sebuah ritual yang diadakan secara rutin untuk menolak bala dan menyucikan negeri dari hal-hal yang merugikan semua orang yang ada di dalam kawasan kerajaan Mekongga).

Di dalam pemakaman nuansa mistik seakan mendampingi tiap langkah kaki. Meski masuk dalam keadaan matahari terik, namun sejuk di areal pemakaman.

Makam berukuran besar yang didampingi makam kecil dikiri dan kanan nampak sangat megah dipandang mata. Makam tersebut adalah makan Sangia Nibandera yang diapit kuburan Istrinya-istrinya.

Dua pohon besar di sekitar kuburan sang raja menandakan kuburan tersebut sudah ada sangat lama di Bumi Mekongga.

Pepohonan besar yang berapa pada lokasi pemakaman pun seakan menjadi payung hidup pelindung dari panasnya terik matahari yang berusaha menyentuh kemegahan makam.

Salah satu masyarakat yang tidak ingin disebutkan namanya pada saat menemani Mediakendari.com menjelaskan, kuburun yang berada disini merupakan kuburun dari orang-orang penting di masa Kerajaan Mekongga

“Di tanah ini terdapat kurang lebih ratusan makam dan sekarang baru beberapa saja yang telah diberi tanda,” jelasnya, Senin 3 Februari 2020.

Selain kuburun sang raja di sana juga ada sebuah kendi yang diyakini oleh masyarakat merupakan sebuah sumber mata air Kerajaan Mekongga. Menurut cerita, kendi tersebut di musim kemarau akan dipenuhi air nan jernih hinga meluap keluar, sedangkan saat musim hujan akan kering. (A)

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version