KENDARI – Laode Masihu Kamaluddin yang juga sebagai Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Sulawesi Tenggara (Sultra), beranggapan bahwa figur politik yang mengambil strategi melawan kotak kosong menandakan sikap tidak demokratis.
Hal ini disampaikan Laode Masihu pada Bincang Politik yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Sultra, dengan tema Ancaman Demokrasi Sulawesi Tenggara yang diselenggarakan di salah satu hotel di Kendari.
“Saya beranggapan, figur yang mengambil strategi melawan kotak kosong adalah seorang yang karakternya pasti tidak demokratis, haus kekuasaan dan bersifat diktator absolut,” ungkap Masihu, Kamis (21/12).
Lanjut Masihu, diskusi ini juga dilatarbelakangi oleh adanya salah satu partai politik yang sudah menyatakan dukungannya pada salah satu pasangan Bacagub Sultra tahun 2018-2023 tanpa persetujuan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dari partai tersebut.
“Latar belakang saya mengadakan diskusi ini, yakni keberadaan Partai Gerindra yang sudah menyatakan dukungannya untuk salah satu pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra Periode 2018-2023, padahal DPP Gerindra belum memutuskan untuk mendukung Cagub tersebut,” lanjutnya.
Masihu berharap tidak ada strategi melawan kotak kosong pada pilgub mendatang, dan Pemilu secara demokratis dapat terselenggara.
“Semoga kotak kosong tidak ada pada Pilgub Sultra 2018 mendatang, dan pemilu yang jujur sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dapat terlaksana dengan baik,” tutupnya.
Sebagai informasi, melawan kotak kosong adalah melawan kolom kosong di kertas suara pemilu. Untuk bisa menang pada Pilkada, Paslon tunggal tersebut harus memperoleh suara di atas 50 persen. Jika tidak, maka dinyatakan kalah, dan dapat mengikuti Pilkada berikutnya.
Reporter: Iwal Taniapa
Editor: Jubirman