EKONOMI & BISNISHEADLINE NEWS

Membidik Ceruk Pasar, Kredit Produktif BNI Syariah Naik Diangka 60 Persen

360
×

Membidik Ceruk Pasar, Kredit Produktif BNI Syariah Naik Diangka 60 Persen

Sebarkan artikel ini
Branch Manager PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Kendari, A. Muhammad Hatta Tajang, usai diwawancara Mediakendari.com, Kamis (07/02/2019). Foto : Indiana/Mediakendari.com

Reporter : Indiana

Editor : Def

KENDARI – Ketika perbankan lain membidik kredit konsumtif untuk menekan tingkat NPL/NPF atau kredit macet, BNI Syariah melawan arus menaikan porsi kredit produktif diangka 60 persen.

Dengan demikian porsi untuk kredit konsumtif diangka 40 persen, menurut Branch Manager PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Kendari, A. Muhammad Hatta Tajang, porsi tersebut merupakan target BNI Syariah dalam penyaluran kredit dimana tahun sebelumnya kredit konsumtif berada diangka 60 persen dan produktif 40 persen.

“Dengan segmen produktif 60 persen, dan konsumtif 40 persen, diharapkan tumbuh dengan adanya pertumbuhan ekonomi daerah, termasuk Kota Kendari dan Sultra diharapkan pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah bisa mengambil ceruk pasar,” ujarnya.

Target 60 persen tersebut berada dinilai Rp 50 miliar naik 100 persen dari tahun lalu Rp 25 miliar, dan kredit konsumtif Rp 50-60 miliar dari tahun sebelumnya Rp 25-30 miliar.

Hatta mengatakan portofolio kredit ditahun 2018 didominasi konsumtif, namun untuk ditahun 2019 pihaknya membalik penyaluran kredit didominasi ke produktif disbanding konsumtif.

“Karena kalau sisi produktif ini berkembang, maka otomatis aktivitas konsumtifnya ikutan. Kalau mau idelanya, bagusnya sebuah bank harusnya lebih banyak yang seckor rill yang bertumbuh, artinya modal kerja dan investasi bertumbuh dibanding sisi konsumtifnya,” jelasnya.

Bagaimana resiko NPF (Non Performing Finance) atau kredit macet di produktif?, Hatta menjelaskan untuk tahun kemarin yang bermasalah malah sektor konsumtif, terutama pendapatan yang non fix income pegawai

“Itu yang lebih besar NPF nya di sektor konsumtif, karena usaha yang riil itu diproduktif. Logikanya jika usaha produktif tumbuh, saving untuk melakukan investatasi disektor konsumtif pasti terbuka, itu yang kita harapkan bisa kejadian,” imbuhnya.

Meskipun porsi kredit produktif lebih besar disbanding konsumtif, pihaknya optimis mencapai target-target yang ditetapkan, baik target produktif, konsumtif DPK maupun target lainnya.

“Termasuk perbaikan kualitas asset, insha Allah kita lampaui. Berharap teman-teman melakukan hal berbeda untuk melampaui target, harus ada perbedaan-perbedaan strategi. Misalnya, menambah jumlah personil dan lain-lainya,” tandasnya.(A)


You cannot copy content of this page