Reporter: Muh Ardiansyah R.
Editor: La Ode Adnan Irham
KENDARI – Proyek pembangunan talud di Pulau Runduma, Kecamatan Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sultra dikecam pemerhati lingkungan, karena dinilai bakal merusak habitat penyu.
Pagar batu pengaman pantai yang dipasang di sepanjang pesisir Pantai Runduma, diyakini bakal merusak habitat hewan yang dilindungi itu.
“Kami dapat informasi dan fotonya dari masyarakat sana, memprihatinkan dari sisi habitat penyu, talud ini sangat mengganggu. Bagaimana bisa penyu yang hendak bertelur di Runduma harus melompat talud untuk sampai ke pulau,” kata Pemerhati lingkungan asal Wakatobi, Seto Aryadi, Rabu (27/11/2019).
Diketahui, Pulau Runduma merupakan “surga” bagi koloni penyu yang akan bertelur, pulau yang terletak di Laut Banda itu mendapat pengawasan khusus dari Balai Konservasi Wakatobi sebagai pusat aktivitas perkembangbiakan penyu.
Setiap tahun ribuan reptil bercangkang keras itu rutin mendatangi pulau itu untuk beranak pinak. Pembangunan talud, tentu akan sangat menggangu proses hilir mudik penyu yang hendak bertelur.
BACA JUGA:
- Hadiri Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-XXVIII 2024 di Surabaya, Pj Bupati Konawe: Mari Bersatu Bangkitkan Spirit Pembangunan Daerah
- Pj Gubernur Sultra Hadiri Rakornas Penanggulangan Bencana 2024, Ini Arahan yang Disampaikan Wapres Ma’ruf Amin
- PJ Bupati Konawe Apresiasi peran TNI Angkatan Udara Dalam Menjaga Kedaulatan Negara RI di HUT TNI AU yang Ke-78
“Baiknya pemerintah mengkaji lebih dulu sebelum membangun proyek talud di Runduma. Baiknya mengonsultasikan dengan lembaga pemerhati lingkungan. Kalau alasan abrasi, setahu saya Runduma punya karang penghambat abrasi,” jelas Seto.
Dikonfirmasi terpisah, Bupati Wakatobi, Arhawi belum bisa memberi komentar panjang. Ia menyatakan akan meninjau ulang proyek talud di Pulau Runduma.
“Nanti kami cek kembali,” singkatnya saat ditemui di Kendari.
Informasi dihimpun MEDIAKENDARI.com, proyek talud di Pulau Runduma masuk dalam program BPBD Pemkab Wakatobi tahun 2019. Pembangunan pagar pengaman pantai ini menelan anggaran Rp 458 juta.