HEADLINE NEWSKONAWE UTARASULTRA

Pemda Konut Akan Kaji Tradisi Bercocok Tanam Ala “Nenek Moyang”

747
×

Pemda Konut Akan Kaji Tradisi Bercocok Tanam Ala “Nenek Moyang”

Sebarkan artikel ini
Bupati Konawe Utara Ruksami saat menanam padi gogoh di Desa Wawolesea Kecamatan Wawolesea dengan sistem "Motasu", Kamis (31/1/2019). Foto : Mumun/Mediakendari.com)
Bupati Konawe Utara Ruksami saat menanam padi gogoh di Desa Wawolesea Kecamatan Wawolesea dengan sistem "Motasu", Kamis (31/1/2019). Foto : Mumun/Mediakendari.com)

Reporter : Mumun
Editor : Kang Upi

WANGGUDU – Bupati Kabupaten Konawe Utara, Ruksamin nampaknya tengah getol membangun daerah dengan visi pembangunan berbasis pertanian. Hingga sejauh ini, sudah ada sejumlah program unggulan Pemda Konut di bidang tersebut.

Teranyar, Ruksamin meminta dua instansi terkait di bidang pertanian, untuk melakukan kajian ilimiah dan sejarah tentang cara bercocok tanam yang dilakukan orang-orang terdahulu alias nenek moyang kita.

Gagasan kreatif pasangan Raup di Kursi pemerintahan ini, diungkapkan Ruksamin dalam sambutan acara menanam Padi Tadah Hujan dengan sistem ‘Motasu’ di Desa Wawolesea Kecamatan Wawolesea, Kamis (31/1/2019).

“Saya minta Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan melakukan kajian bagaimana orang tua kita dulu memperlakukan tanaman dalam proses tanam secara adat,” kata Ruksamin disambut tepuk tangan undangan yang hadir.

Permintaan ini diungkapkan orang nomer satu di Konut itu bukan tanpa sebab, selain ingin melestarikan tradisi dan budaya, Ia juga mengaku kagum dengan cara tanam ala nenek moyang yang menurutnya selalu berhasil.

Politisi PBB ini menuturkan, tradisi bercocok tanam orang tua terdahulu terbukti efektif meningkatkan hasil pertanian. Tidak hanya itu, tanaman juga tahanan terhadap penyakit selama masa tumbuh walaupun tanpa pestisida.

Tidak hanya soal hama, Mantan Ketua DPRD Konut itu menyebut jika orang terdahulu tidak memagari lahan pertaniannya untuk menghalau binatang perusak. Tapi, hewan perusak juga tidak datang, sehingga hasil panen tetap melimpah dan terjaga jumlahnya.

Untuk tradisi tersebut, kata Ruksamin, dirinya meyakini hal itu bisa dikaji secara ilimiah untuk mengetahui bagaimana tradisi bercocok tanam ini dilaksankaan. Sehingga Ia berharap, hal itu bisa diterapkan kembali di masyarakat saat ini.

“Saya minta dilakukan ini prosesnya full secara adat, ini bukan hanya menggugurkan kewajiban tapi ada pesan. Ini adalah kearifan lokal hingga selesai panen yang harus kita jaga turun temurun,” terangnya.

Untuk diketahui, acara menanam padi gogoh dengan cara “Motasu” dilakukan di lahan seluas enam hektar. Hadir dalam kegiatan ini Wakil Bupati Raup, Sekda Martaya, akademisi UHO, Lembaga Adat Tolaki Sultra, serta pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Konut. (A)

You cannot copy content of this page