KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) bertekad menekan angka stunting hingga mencapai prevalensi 14% pada tahun 2023 sesuai yang ditargetkan Presiden Joko Widodo untuk di tahun 2024 mendatang.
Berdasarkan survey status gizi Indonesia 2021, Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri termasuk dalam 5 besar nasional dengan angka stunting paling tinggi yakni 30,2%.
Gubernur Sultra, H Ali Mazi, SH menargetkan angka prevalensi stunting 14 persen bisa tercapai pada 2023 ini.
“Saat ini kan sudah di angka 30 persen, jadi kita tinggal mengurangi setengahnya,” kata Ali Mazi belum lama ini di Kendari
Berdasarkan data yang dihimpun, kasus stunting tertinggi di Buton Selatan sebanyak 45,2%, menyusul Buton Tengah 42,7% dan Buton 33,9%. Sementara itu, untuk angka stunting terendah berada di Kolaka Timur dengan capaian 23%.
Namun, kasus stunting di Sultra pada 2022 ini turun sebanyak 2,5% menjadi angka 27,7%. Kabupaten Buton Tengah menempati posisi kasus stunting tertinggi dengan 41,6%. Sedangkan Kota Kendari menjadi daerah di Sulawesi Tenggara dengan angka stunting terendah yakni 19,5%. Kasus stunting di Kendari turun 4,5% dibandingkan tahun 2021 lalu di angka 24%.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu mengatakan kasus stunting di Kota Kendari mengalami penurunan karena melakukan berbagai langkah yakni dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk 3 klaster, pertama warga Kota Kendari yang akan menikah.
“Yang akan menikah disarankan untuk dilakukan intervesi penambahan protein, terutama bagi perempuan,” beber Asmawa Tosepu.
Selanjutnya adalah menambah makanan yang mengandung protein kepada ibu hamil dan bayi di bawah 2 tahun. Menurut Asmawa Tosepu, potensi sumber protein di Kota Kendari sangat tersedia, seperti ikan, telur ayam dan daging.
Untuk terus menekan angka stunting, Pemkot Kendari terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat mencapai angka 14 persen di akhir 2023.
Reporter : Rahmat R.