NEWS

Pengamat Politik Sebut Bermunculannya Bacaleg Milenial Jadi Warna Baru Perpolitikan di Sultra

839

KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Menjelang pemilihan umum (pemilu) tahun 2024, bakal calon legislatif (bacaleg) muda-mudi (milineal) di Sulawesi Tenggara mulai bermunculan dari berbagai latar belakang.

Pengamat Politik di Sultra, Najib Husain menyebutkan, bahwa dengan banyaknya anak muda yang mendaftarkan diri maju sebagai bacaleg menjadikan warna baru perpolitikan di Sultra nantinya.

“Ini merupakan suatu warna baru di perpolitikan kita di Sultra dengan banyaknya muncul kader-kader baru untuk kemudian menjadi caleg,” ujarnya, Senin (22/5/2023).

Kata dia, bacaleg milenial ini nantinya akan memiliki tantang yang cukup berat saat melakukan pertarungan melawan incumbent.

Sebab menurutnya, incumbent telah memiliki pengalaman juga portofolio selama menjabat sebagai legislatif. Sehingga tinggal memiliki tugas meyakinkan kembali pemilihnya yang lalu untuk bisa bekerja lebih baik lagi.

“Incumbent ini sudah pasti memiliki pengalaman dan mereka juga sudah punya portofolio selama 5 tahun kemarin, seperti apa kerja-kerja mereka di legislatif, tingga bagaimana meyakinkan pemilih-pemilihnya kemarin bahwa mereka bisa lebih bagus bekerja,” ucapnya.

Meski demikian, para bacaleg milenial ini juga memiliki peluang untuk memenangkan pemilu di 2024 mendatang dengan membawa isi perubahan dan perbaikan, terlebih pendatang baru tidak memiliki tolak ukur di masyarakat.

“Kalau anggota-anggota dewan sebelumnya kan ada alat ukur, apa janji-janji politiknya kemarin dan apa yang tidak dijalankan. Kalau yang baru tidak ada alat ukurnya, jadi mereka bisa membawa isi perubahan, tentang perbaikan,” katanya.

Olehnya, untuk saat ini sebenernya menjadi kesempatan bagi pendatang baru untuk berinteraksi kepada masyarakat dengan turun langsung ke lapangan dan melakukan sosialisasi.

“Karena kita tidak bisa terpilih kalau ada jarak anatara pemilih dan caleg, jadi mereka kemudian harus menghilangkan jarak tersebut, tidak bisa sekedar pasang baleho lalu kemudian tidak ada interaksi dengan para pemilih,” imbuhya.

Namun ia menjelaskan bahwa berinteraksi yang dimaksud adalah mendengar apa yang menjadi keluhan masyarakat agar nantinya ketika terpilih bisa diperjuangkan di gedung parlemen bukan dengan memberi uang.

Reporter : Muhammad Ismail

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version