NEWS

Pentingnya Menjaga Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

395
Kepla Seksi Wilayah Dua TNRAW, beny Purnama. Foto: Hasrun/mediakendari.com

Reporter : Hasrun

BOMBANA – Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) membentang di antara Kabupaten Kanawe Selatan dan Bombana. TNRAW merupakan salah satu cagar alam dan satwa endemik Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Sabana TNRAW merupakan satu kesatuan hutan hujan dan pegunungan serta manggrove. Tempat yang membuat warga terpukau jika melintasi taman seluas 1.050 kilo meter persegi tersebut.

Ratusan hewan satwa hidup di TNRAW, mulai hewan endemik ataupun yang tidak seperti Rusa, Anoa, Burung Puntul, Kakatua, Sapi, Kerbau, Monyet bahkan binatang reptilia seperti Buaya. Ada di taman itu.

Taman nasional yang membentang di perbatasan Konsel dan Bombana itu dijaga petugas Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) naungan Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementrian Lingkungan Hidup.

Tujuannya tak lain untuk memastikan hewan dan kekayaan alam lainnya yang hidup di taman tersebut tidak diganggu manusia yang tidak bertanggung jawab.

“Taman nasional ini terbuka sekali semua orang bisa masuk dari segala penjuru. SDM terbatas hanya 20 orang. Untuk menjaga wilayah seluas 60 ribu hektar dengan savana 4 Ribu. Satu orang ngawasi 20 hektar,” kata Kepala Seksi Wilayah Dua TNRAW, Beny Purnama, Jumat 5 Maret 2021.

Selain satwa, kata Beny, di dalam TNRAW tumbuh rumput – rumput asli yang langkah dan bisa digunakan sebagai obat-obatan sehingga harus dijaga dari kebakaran.

Lbih lebih penting lagi menurut dia, TNRAW merupakan kesatuan hamparan dari hutan pegunungan tinggi hingga yang paling rendah, dan aliran airnya menuju ke laut.

“Ada sarang burung mangkal ada rumput asli , hal seperti itu penting. Dan kalau terbakar terus ini kan mengubah aliran air. Setau saya kalau aliran air berbuah akan terjadi kekeringan di satu tempat,” ujar Beny

Ia mengungkapan, hingga medio Februari 2021 terjadi kebakaran yang menghanguskan savana ilalang TNRAW seluas 16,5 hektar. Dan hingga 5 Maret 2021 ini sudah seluas 2 hektar.

Ia mengaku kesulitan ketika hendak menjinakan api ketika terjadi kebakaran besar. Sebab, kata Beni, wilayah dua itu tidak memiliki aramada khusus pemadaman api.

Jika teramat sulit untuk dilakukan pemadaman, maka pihaknya akan menghubungi Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Indonesi atau Manggala Agni.

“Kalau soal alat – alat itu saya harus koordinasi dulu sama Balai. Ada Tim Brigdal di Balai. Kalau kami di sini belum punya alat,” ungkapnya.

Beruntung kata dia, Kepolisian Sektor (Polsek) Lantari Jaya, yang dipimpin oleh IPDA Setiabudi Satrianto sangat aktif mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah itu.

“Polsek mereka biasanya ada patroli mereka fokus Karhutla. Terus terang bahkan tadi saja yang tau duluan ada kebakaran adalah mereka,” ucap Beny.

Kendati demikian, Ia juga meminta semua pihak agar memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya membakar lahan.

“Kalau api sudah bisa besar kerugiannya adalah kesehatan yang akan dirasakan masyarakat. Di sini juga sudah pernah terjadi kecalakaan gara – gara asap,” pungkasnya. /B

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version