INTERNASIONALPOLITIK

Presiden Aljazair Batalkan Rencana Ikut Pemilu

752
Para pengunjuk rasa di Aljazair merobek iklan kampanye dengan foto Presiden Aljazair saat ini, Abdelaziz Bouteflika, dalam sebuah unjuk rasa menentang upaya petahana untuk merebut masa kepresidenan yang ke-5, 22 Februari 2019, Aljir (foto: Ryad Kramdi/AFP)

AFRIKA – PRESIDEN Aljazair Abdelaziz Bouteflika, yang telah berkuasa selama dua puluh tahun, hari Senin (11/3) membatalkan rencana untuk mengikuti pemilu guna memenangkan masa jabatan kelima.  Hal ini disampaikan setelah meluasnya aksi protes yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mengkritisi kelayakannya untuk kembali menjabat.  Penundaan pelaksanaan pemilu serentak secara terus menerus telah membuat para pengecamnya menilai Bouteflika berniat mempertahankan kekuasaan.

Presiden Bouteflika, yang sejak terkena serangan stroke pada tahun 2013 jarang terlihat di depan publik dan baru saja kembali dari perawatan kesehatan di Jenewa dua minggu lalu, berjanji akan membentuk sebuah panel untuk merencanakan pelaksanaan pemilu dan pemerintahan sementara.

Baca Juga :

Dalam sebuah surat kepada rakyat Aljazair, sebagaimana dirilis kantor berita APS hari Senin, Bouteflika – yang kini berusia 82 tahun – menekankan pentingnya melibatkan anak muda Aljazair yang sempat kecewa dalam proses reformasi sebelumnya.  Ia menggarisbawahi perlunya “menyerahkan negara itu ke tangan generasi baru.”

Tetapi bagi banyak rakyat, dan terutama para demonstran, kalimat paling penting dalam surat presiden itu adalah “tidak akan ada masa jabatan kelima.”

Tak lama setelah kabar soal surat presiden itu meluas, perayaan tampak berlangsung di jalan-jalan kota Aljir.  Mobil-mobil membunyikan klakson dan orang-orang bersorak sorai, melambaikan tangan dan bendera, sebagian menyanyikan lagu kebangsaan negara itu.  Sebagian mengucapkan terima kasih kepada Bouteflika.  Lainnya menggambarkan perkembangan itu sebagai “sinar matahari sesungguhnya.”

Baca Juga :

Meskipun demikian banyak warga yang masih khawatir karena tahu persis bahwa pernyataan Bouteflika itu baru langkah pertama.  Presiden itu tidak memberi rincian tanggal atau tenggat pemilu yang direncanakan.  Dalam suratnya ia hanya mengatakan “konferensi nasional” yang dibentuknya akan merencanakan pemilu dan sekaligus bertanggungjawab merancang konstitusi baru Aljazair.

Ia juga mengatakan akan mengumumkan pemerintahan sementara.  Perubahan terjadi dalam beberapa jam kemudian.

Seorang tokoh yang setia pada Bouteflika dan kini menjabat sebagai menteri dalam negeri, Noureddine Bedoui, diangkat menjadi perdana menteri dan dimandatkan untuk membantu pemerintahan baru, demikian menurut kantor berita Aljazair APS. [em]

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version