NEWS

PWI Bakal Gelar Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional 2022 di Kota Kendari

645
×

PWI Bakal Gelar Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional 2022 di Kota Kendari

Sebarkan artikel ini
Tampak Ketua PWI Sultra

KENDARI – Konvensi nasional media massa yang akan dilaksanakan di kota Kendari, Sulawesi Tenggara, (Sultra) Selasa 8 Februari 2022 yang mengangkat tema “Membangun Model Media Massa yang Berkelanjutan” Kendari, Sulawesi Tenggara.

Ketua PWI Sultra Sarjono mengatakan transformasi digital adalah suatu keniscayaan. Tidak ada sektor yang dapat menghindar dari terpaannya. Semua pihak mesti mempersiapkan diri untuk menerima kebaikan sekaligus mengantisipasi keburukannya.

Tanpa terkecuali dalam hal ini adalah sektor media. Bagi para pengelola media di mana pun saat ini, semakin sulit menghindari integrasi ke dalam ekosistem distribusi konten, data pengguna dan periklanan yang dikendalikan platform digital global. Persinggungan jurnalisme dengan teknologi penunjang distribusi konten, penambangan data dan layanan periklanan yang dioperasikan platform digital sepertinya hanya soal waktu dan intensitas.

Menurutnya, semua media massa akan mengalaminya, tanpa terkecuali media ternama dunia seperti The New York Times, Washington Post, CNN, The Sun, The Financial Times, Der Spiegel dan lain-lain. Teknologi digital menghadirkan kemungkinan-kemungkinan baru yang menggiurkan untuk memproduksi konten, menciptakan interaksi di sekitar konten, menjangkau khalayak secara lebih intens, serta untuk menjalankan mode pariwara yang lebih menjamin presisi dan akurasi pesan. Dalam perkembangannya, memang banyak pengelola media yang kecewa terhadap perilaku platform digital dan berpikir untuk meninggalkannya.

Tapi, sangat sedikit yang benar-benar melakukannya! Meskipun demikian, penting untuk sungguh-sungguh dipikirkan bagaimana agar penerbit tidak sepenuhnya tergantung pada platform digital. Penerbit semestinya tidak hanya mengandalkan kerjasama dengan platform digital dalam mendistribusikan konten, meraih pendapatan dan mengelola data pengguna. Penerbit harus senantiasa memiliki opsi lain di luar kolaborasi dengan platform digital untuk tiga hal tersebut.

Baca Juga : Sambut HPN, Sekda Sultra : Hotel atau Penginapan Berlakukan Harga Normal dan Perketat Prokes

Lebih lanjut, Ketua PWI Sultra menjelaskan kemandirian relatif penerbit di hadapan platform digital ini sangat fundamental sifatnya untuk keberlanjutan hidup media. Platform digital memang memiliki kepedulian terhadap kualitas jurnalisme dan demokratisasi arus informasi. Namun perlu ditegaskan bahwa motif utama di balik uluran tangan platform digital ke kalangan penerbit sesungguhnya bukan di situ.

“Pada galipnya, platform digital adalah kekuatan bisnis yang orientasi utamanya adalah peraihan keuntungan ekonomi semaksimal mungkin untuk diri mereka sendiri. Jika perlu, hal ini akan mereka lakukan dengan memanfaatkan “jerih-payah” pihak lain, termasuk memanfaatkan konten, jaringan dan kekuatan merek para penerbit media,” jelas Sarjono melalui siaran pers yang diterima Media Kendari.Com, Kamis 20 Januari 2022.

Lebih dari itu, fakta-fakta menunjukkan kerja-sama penerbit dengan platform digital adalah bentuk hubungan yang cenderung berat sebelah. Platform digital lebih banyak mengendalikan, penerbit lebih banyak dikendalikan. Platform digital dapat secara tiba-tiba mengubah sistem algoritma dengan dampak yang serius terhadap distribusi konten dan mode update: Kamis, 13/1/22 konten berbayar penerbit, tanpa memberitahukannya terlebih dahulu.

Dikatakan, platform digital dapat memaksakan bentuk kerjasama yang cenderung merugikan penerbit secara sepihak. Selain itu, tidak ada transparansi tentang nilai iklan dan data pengguna terkait dengan konten penerbit yang dimanfaatkan platform digital, yang semestinya menguntungkan kedua belah pihak.

1. Strategi Kolaborasi dan Kompetisi Dalam konteks ini, perlu ditegaskan bahwa untuk menjaga eksistensinya, para penerbit hendaknya mengombinasikan strategi kolaborasi sekaligus kompetisi. Membuka diri untuk bekerja sama dengan platform digital bukan pilihan yang buruk, bahkan merupakan pilihan yang realistis. Namun di sisi lain, penerbit semestinya juga siap untuk berhadap-hadapan dengan platform digital dalam negosiasi yang bisa jadi konfliktual, serta untuk mendukung langkah-langkah yang mengoreksi monopoli platform digital, katakanlah dalam konteks pelembagaan Publisher Right.

Baca Juga : Wakasek SMKN 2 Raha Kutuk Aksi Demo yang Libatkan Siswanya 

Oleh karena itu, sekali lagi, kemandirian relatif penerbit, yang antara lain terwujud dengan adanya sumber pendapatan lain di luar skema kerjasama dengan platform digital, menjadi sangat menentukan.

Dengan demikian, tandas Sarjono para penerbit tidak terombang-ambing oleh permainan platform digital, juga dapat bertahan hidup jika sewaktuwaktu platform digital mengancam berhenti beroperasi atau berhenti bekerja-sama, misalnya saja sebagai dampak dari rencana pemberlakukan regulasi Publisher Right. Perlu ditegaskan bahwa strategi kolaborasi sekaligus kompetisi itu sesungguhnya juga diterapkan platform digital pada sisi sebaliknya.

“Meskipun platform digital sering mengklaim konten penerbit memberikan kontribusi yang kecil terhadap keseluruhan konten yang mereka kelola, juga memberikan keuntungan bisnis yang kurang signifikan, platform digital sesungguhnya mengambil keuntungan yang lain,” pungkas wartawan antara ini.

Penerbit secara berkelanjutan menghasilkan konten yang relatif terjaga kredibilitas dan kualitasnya, dibandingkan dengan konten buatan pengguna pada umumnya. Penerbit juga memiliki kekuatan merek di mata pengiklan, publik dan pemerintah. Dua hal ini menjadi daya tarik penerbit yang sulit didapatkan platform digital di tempat lain. Bekerjasama dengan penerbit dengan kredibilitas dan nama baik yang telah diketahui publik luas akan melahirkan citra sebagai penyokong good journalism.

Hal ini menjelaskan mengapa di balik sikap kerasnya terhadap penerbit terkait dengan isu Publisher Right atau News Media Bargaining Code, platform digital tetap bersedia duduk satu meja untuk bernegosiasi dengan penerbit atau asosiasi media. Platform digital menawarkan konsensi untuk penerbit melalui program Google News Showcase, Facebook News tab dan lain-lain. Platform digital di sini secara ambigu juga menerapkan strategi kompetisi sekaligus kolaborasi dengan penerbit.

2. Membangun Model Bermedia Berkelanjutan Hal yang tidak kalah penting adalah mengembangkan model bermedia yang baru secara terus-menerus. Kalaupun suatu negara memiliki regulasi Publisher Right, ini bukan satusatunya fondasi untuk mewujudkan keberlanjutan media.

Lebih lanjut dijelaskan publisher right sangat penting untuk menjamin transparansi, keadilan dan kesetaraan dalam hubungan antara penerbit dan platform digital. Namun selebihnya, penerbit harus bekerja keras menemukan model bisnis dan pendekatan jurnalistik yang adaptif terhadap arus evolusi ekologi bermedia yang terjadi dalam masyarakat. Bagaimana prinsip-prinsip jurnalisme diterapkan pada era epidemi disinformasi? Bagaimana agar tetap relevan dan penting bagi pembaca pada era limpah-ruah Update: Kamis, 13/1/22 informasi?

“Bagaimana berinteraksi dengan pembaca dan mempertahankan kedekatan dengan mereka ketika media massa bukan satu-satunya sumber informasi? Bagaimana meyakinkan pengiklan ketika platform media sosial dan mesin-pencari memiliki keunggulan komparatif skala pembaca yang sangat besar dan presisi penargetan khalayak secara individual,” tukasnya.

Dibutuhkan kerja-keras, kolaborasi antar media, riset dan inovasi, serta investasi yang tidak sedikit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tak terhindarkan itu. Dalam konteks ini, Konvensi Nasional Media Massa HPN 2022 akan mengambil tema Membangun Model Media Massa Yang Berkelanjutan. Konvensi ini merupakan upaya untuk memetakan capaian, tantangan, permasalahan yang dihadapi industri media dalam membangun model bermedia di era disrupsi.

Model bermedia di sini dalam pengertian model jurnalistik maupun model bisnis media. Konvensi Nasional Membangun Model Media Massa Yang Berkelanjutan akan mengundang tokoh pers, pemimpin media, pemerintah, asosiasi media, asosiasi wartawan dan diharapkan akan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi tentang model bermedia yang berkelanjutan dan kondusif untuk perwujudan jurnalisme yang beretika dan berkualitas. Konvensi ini diharapkan menyentuh tiga hal fundamental yang saling terkait yakni: 1) jurnalisme yang dikembangkan, 2) model bisnis yang dijalankan dan 3) teknologi distribusi konten dan periklanan yang diterapkan.

 

Penulis : Redaksi

You cannot copy content of this page