NEWS

Respons Wacana Impor Beras, Bupati Konawe Bilang Begini

1055
Bupati Konawe bersama Kadiv Bulog Sultra, Ermin Tora

 

Reporter: Andis

KONAWE – Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa merespons wacana pemerintah pusat membuka keran impor beras. Menurutnya, kebijakan tersebut merugikan pihak petani mengingat sedang memasuki musim panen.

Menurut Bupati Kery, dibandingkan mengimpor beras, ia berharap pemerintah lebih baik memprioritaskan produksi petani lokal yang banyak tak terserap seperti di Konawe. Selain itu, ia juga berharap pemerintah memperhatikan harga gabah.

“Mending naikkan saja harga beli gabah petani,” kata Bupati Kery saat melakukan panen perdana padi di Desa Mekar Sari, Kecamatan Tongauna pada Rabu, 7 April 2021.

Bupati Kery juga menyinggung terkait wilayahnya yang menjadi salah satu lumbung padi dengan nilai produksi besar dan dikirim ke luar Konawe.

Ia mencontohkan petani di Desa Anggohu yang berhasil panen padi mencapai 9 ton per hektar dan di Desa Mekar Sari yang mencapai 10 ton per hektar. Menurutnya, dalam jumlah tersebut, ada beberapa petani lain yang juga bisa menghasilkan 12 sampai 13 ton per hektarnya.

“Khusus Konawe sekali panen menghasilkan kurang lebih 200 ribu ton dengan luas sawah sekitar 42 hektar. Rata-rata sekitar 300 ons digunakan warga dalam sehari dan 110 kg yang dikonsumsi dalam setahun. Jadi kita masih surplus sekitar 100 ribu ton,” terang Kery.

Penetapan harga gabah dan penyerahan secara simbolis

Sementara penyerapan Bulog, menurutnya masih jauh dari hasil panen sekitar 11 ribu ton dari 200 ribu ton yang dihasilkan Konawe.

“Ini yang kadang membuat petani jadi enggan untuk menanam padi apalagi harga jual gabah masih rendah,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Divre Bulog Sultra, Ermin Tora mengatakan, tahun ini pihaknya akan menargetkan menyerapan gabah dari petani di Kabupaten Konawe sebesar 30 ribu ton dengan harga beli Rp 4.200 per kilo.

“Tahun 2020 penyerapan beras di Konawe akan didistribusikan dalam wilayah Sultra dan juga didistribusikan ke luar Sultra utamanya bagian timur Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu, Kadis Ketahanan Pangan Kab. Konawe, Muh. Akbar juga menolak wacana kebijakan pemerintah terkait impor beras. Menurutnya, anggaran yang disiapkan untuk impor diberikan kepada petani agar peningkatan produksi makin bertambah.

Saat Bupati menyampaikan apresiasi hasil panen oleh Ketua Gapoktan I Made Mirta

“Produksi kita yang melimpah itu terjadi karena teknik dari pertaniannya dan juga karena masalah kesuburan tanah yang ada di Konawe, sehingga tak heran Konawe dikatakan lumbung padi,” ungkapnya.

Berdasar dari hasil petani yang melimpah di beberapa kecamatan, ia begitu optimis jika program visi misi sejuta ton gabah di periode kedua masa pemerintahan KSK-GTS akan tercapai. Dengan begitu menurutnya, surplus beras yang ada di Konawe dapat selalu dikirim untuk daerah lainnya di Sultra bahkan keluar Sultra.

“Beras Konawe itu melayani pengisian gudang dolog Kota Kendari, Buton, Muna, Koltim , Kolaka, sampai Makassar. Sementara pembelian langsung oleh pedagang sampai pengiriman ke Surabaya bahkan sampai ke Jakarta,” jelasnya. (B)

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version