FEATUREDKONAWE

Reuni BEM Unilaki 2014-2016, Serukan Pilkada Happy dan Jangan Provokatif

625

UNAAHA – Pilkada serentak 2018 yang saat ini dihadapi Provinsi Sulawesi tenggara (Sultra) dan Kabupaten konawe telah memasuki babak yang cukup tegang.

Berbagai persoalan yang terjadi menjadi perhatian khusus saat Reuni Eks Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lakidende (Unilaki) periode 2014-2016, seperti persoalan hukum yang menerpa Calon Gubernur dan keluarga calon di Sultra juga strategi para tim Pasangan Calon di Media Sosial yang dianggap sedikit meresahkan pengguna Medsos.

Pertemuan yang dilakukan di salah satu Caffe di Unaaha dihadiri oleh pengurus inti BEM Unilaki 2014-2016 yaitu Muh Syainul A Tora sebagai Ketua, Mirwan sebagai Wakil Ketua,  Pande Hari Sugi Bali sebagai Sekertaris Umum dan beberapa anggota lain. Kata mereka, pertemuan tersebut sedikit berbeda dari sebelumnya.

“Dulu berbicara tentang kondisi kampus Universitas Lakidende, namun untuk kali ini special isu tentang Pilkada Serentak 2018,” kata Syainul yang mantan ketua BEM Unilaki ini, Selasa (13/3/2018)

Dalam kesempatan itu, masing masing dari mereka memberikan pandangan politik dan harapan yang ingin dicapai dalam momentum lima tahun sekali  ini.

Saat pertemuan itu, Syainul menyampaikan, semestinya Pilkada serentak ini disambut dengan suka dan cita karena dimomentum ini warga akan kembali memilih pemimpin daerah baik Gubernur maupun Bupati Konawe dan masyarakat diberikan kebebesan memilih sesuai nurani kita hal tersebutlah yang menjadi alasan untuk menyambutnya dengan suka cita.

Ia juga menerangkan, perbedaan pilihan itu ada dan biasa namun bukan alasan untuk bertikai.

Reuni BEM Unilaki
Reuni BEM Unilaki

“Mari kita sambut dengan suka cita dan jangan jadikan perbedaan pilihan sebagai alasan untuk bertikai,” ungkapnya.

Sementra itu  ditanya tentang tanggapan mengenai persoalan kasus yang menimpa salah satu Calon Gubernur Sultra, dijawab dingin oleh Sekretaris BEM Unilaki, Pande bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang wajar siapapun yang melangar hukum maka haruslah ditindak.

“Kita harus pandai memisahkan antara persoalan hukum dan politik, persoalan hukum mari kita serahkan kepihak berwajib dalam hal ini Komisi Pemberantaran Korupsi (KPK) untuk menuntaskannya dan persoalan politik biarkan para penyelengara menuntaskannya sesuai peraturan perundang undangan dan biarkan rakyat menentukan pilihan,” paparnya.

Isu selanjutnya yang juga menjadi perhatian bagi mereka adalah strategi tim yang menggunakan media sosial sebagai sarana berkampanye yang berbau propovokasi,

Sementara itu, mantan Wakil Ketua BEM, Mirwan menuturkan, seharusnya media sosial dijadikan sarana pembelajaran politik yang baik bagi pengunannya dengan memunculkan program kerja calon, namun realita yang terjadi justru para tim masing masing sibuk mencaci bahkan memaki calon lain yang secara tidak langsung membuat bibit pertikaian di tingkatan tim dan masyarakat dalam pesta demokrasi 2018.

Hal tersebut terbukti dengan beberapa postingan para tim yang mengandung propaganda yang membuat tim calon lain kepanasan.

“Harusnya media sosial untuk publis keunggulan calon, jangan justru memprofokasi,” ujar Mirwan

Di akhir pembahasan pengurus BEM dengan Tagline ‘Bergerak Atau Kafir’ ini menyerukan agar semua elemen masyarakat menyambut pesta demokrasi degan Happy, jangan sampai pesta lima tahun sekali membuat rengang hubungan Silaturrahmi antar sesama umat manusia.

“Semoga hasil pilihan rakyat baik Gubernur Sultra dan Bupati Konawe adalah figur yang Memiliki integritas dan kualitas untuk meningkatkan tarap kegidupan sosial masyarakat sulawesi tenggaran dan kabupaten konawe,” jelasnya.

Saat disinggung tentang Calon Gubernur Sultra dan Bupati Konawe pilihan mereka, dijawab cukup itu menjadi rahasia.

“Kami punya pilihan! Cukup disimpan dalam hati,” kata Syainul sambil tesenyum.

Redaksi

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version