NEWS

Ulat Grayak Serang Ribuan Hektar Jagung di Bombana

3127
Ilustrasi Ulat Grayak

Reporter: Hasrun
Editor: Kardin

RUMBIA – Ribuan hektar tanaman jagung milik petani Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), terkena serangan hama berjenis Spodoptera Frugiperda atau Ulat Grayak.

Menanggapi musibah itu, Kepala Dinas Pertanian Bombana, Andi Nur Alam mengatakan, ada 1.123 hektar lahan warga yang tersebar di 13 kecamatan diserang oleh Ulat Grayak, yakni Kacamatan Poleang, Poleang Timur, Poleang Barat, Poleang Utara, Poleang Tengah, Tontonunu, Lantari Jaya ,Rumbia Tengah, Rarowatu Utara, Mataoleo, Kabaena Tengah, Kebaena Timur dan Kecamatan Kabaena Utara.

“Dari 1.123 hektar, sisa 333 hektar yang belum tertangani dengan intensitas serangan sedang. Lainnya sudah tertangani dengan inofasi sendri petani,” kata Andi Nur Alam usai Rapat koordinasi pemgendalian serangan hama ulat Monster Grayak pada tanaman jagung di Aula Distan Bombana pada, Jum’at (24/1/2020).

Dijelaskannya, hasil infestigasi lapangan, 13 kecamatan di Bombana dalam mengendalikan hama ulat grayak itu, dilakukan oleh petani dengan menggunakan pestisida jenis dangke, dicampur dengan deterjen dan minyak goreng secukupnya.

“Alhamdulillah, itu dapat menangani sebelum datangnya bantuan dari Provinsi, jika itu tidak dilakukan bisa terjadi puso atau gagal panen. 1.123 hektar kita bisa banyangkan jika gagal panen kerugian bisa mencapai 22 miliar 460 juta rupiah,” terang Andi.

Tempat sama, Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan Sultra, Nurhayati menjelaskan, dalam pengendalian hama ulat garayak pada tanaman jagung bisa dilakukan oleh petani.

“Apabila petani tidak mampu, maka Pemkab yang menangani, jika tidak mampu baru ke Provinsi lalu kita berikan bantuan dan menyusuaikan serangan yang ada,” jelasnya Nurhayati.

Untuk ulat Spodoptera Frugiperda atau monster grayak ini, ia mengakau belum menemukan formulasi yang tepat dalam pengendaliannya. Namun katanya, petani menggunakan pengendalian dengan cara lokal atau pupuk nabati.

“Seperti serbuk gragaji atau abu gosok. Penggunaan bahan kimia itu alternatif terakhir,” ungkapnya.

Dijelaskannya, ulat grayak tersebut lebih ganas dari ulat lainnya, jika tanaman yang dimangsa sudah habis, maka monster kecil itu akan memakan tanah.

“Hama ini masuk di Sultra sejak November 2019, bukan hanya di Bombana, tetapi juga di Buton, Muna pokoknya se-Sultra. Sekarang kita berusaha supaya tidak menyebar lagi,” ucapnya.

Hama ini kerap menyerang tanaman jagung di usia muda, sepuluh hingga 30 hari. Dalam satu kali musim tanam, grayak bisa menciptakan tiga generasi, satu genarasi bisa mencapai 1000 telur.

“Corak berkembangnya juga sangat cepat sehingga prosesnya menjadi ulat sempurna juga cepat, yakni dari telur, Larva, Pupa lalu menjadi dewasa,” tandasnya.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version