NEWSBREAKING NEWS

Ritual Adat Kapopanga Mitos Dibalik Ditemukan Nelayan Hilang di Selat Tobea

2528
Ketgam: Tampak keluarga korban saat melakukan ritual adat Kapopanga (Foto: Ist)

Reporter: Arto Rasyid
Editor: Sardin.D

MUNA – Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Muna masih kental dengan tradisi adat dan budaya peninggalan orang

tua terdahulu. Sehingga ketika berkunjung di daerah berjuluk witeno barakati (tanah yang diberkati), dengan mudah bisa melihat beragam jenis kearifan lokal, adat dan budaya yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini.

Begitu juga dengan ritual adat yang dilakoni masyarakat sejak turun temurun. Baik itu beraroma mistis, meminta keselamatan, tolak bala, hingga ritual yang hanya dilakukan pada waktu atau kejadian tertentu saja.

Diantaranya adalah ritual adat Kapopanga yang diyakini dapat menunjukan orang hilang dilautan, dimana ritual ini masih bisa dijumpai di Kabupaten Muna khususnya wilayah pesisir pantai.

Seperti musibah yang menimpa almarhum, Dasman Jaya alias La Odas (32) nelayan asal Kelurahan Tampo Kabupaten Muna, dilaporkan hilang di selat Tobea sekitaran perairan Polewali, Konawe Selatan (Konsel), pasca tertabrak tugboat (kapal tunda) TB Syukur 23 yang melintas dari arah Kolonodale menuju Kabaena, Bombana pada 8 September 2021.

Ditengah pencarian dan penyelamatan yang dilakukan tim SAR gabungan dihari kedua, rupanya pihak keluarga korban dengan menggunakan perahu kayu (katinting) melakukan ritual adat kapopanga disekitar lokasi korban dinyatakan hilang di selat Tobea.

Kerabat korban, Azak Kapulu mengatakan, ritual adat pertama dilakukan dengan mengajak istri dan ketiga anak korban dilokasi kejadian.

Setelah melakukan serangkaian doa, orang tua adat yang memahami proses ritual itu kemudian membimbing mereka untuk memanggil manggil nama korban.

“Ada berbagai macam dalam ritual adat kapopanga diantaranya tadi istri dan anak korban disuruh panggil korban agar muncul kepermukaan,” ungkap Azak, pada Mediakendari.com Minggu malam 12 September 2021.

Lanjut Azak, ritual adat Kapopanga kembali dilakukan pada pencarian dan penyelamatan hari ketiga, atas permintaan orang tua adat, keluarga dekat disuruh menyajikan sesajen setelah itu dibacakan serangkaian doa dan kemudian dibuang dilokasi korban dinyatakan hilang.

“Tidak sembarang orang tua adat dikampung dapat melakukan ritual adat kapopanga, hanya orang tua adat tertentu saja yang bisa,” terang Azak.

Sementara dihari keempat pencarian dan penyelamatan lanjut Azak, ritual adat kapopanga tidak dilakukan karena pihak keluarga fokus membantu tim SAR gabungan melakukan penyisiran disepanjang perairan polewali dan perairan towea.

Selanjutnya Azak menuturkan entah hanya secara kebetulan atau tidak tetapi pada hari kelima saat korban ditemukan oleh seorang pemancing disekitar perairan Toli Toli dan saat korban dinyatakan hilang memiliki waktu yang sama yakni sekitar pukul 11.00 wita.

“Kami keluarga sudah punya firasat saat pemancing dari Kota Raha itu memberi kode yang tidak jauh dari kami dan saat bergegas kesana ternyata betul itu adalah jasad korban,” pungkasnya.

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version