HEADLINE NEWSKONAWESULTRA

Begini Cara DP3A Konawe Tekan Tindak Kekerasan Perempuan dan Anak

389
×

Begini Cara DP3A Konawe Tekan Tindak Kekerasan Perempuan dan Anak

Sebarkan artikel ini
Untuk mengurangi kasus Kekerasan Perempuan dan Anak, Kepala DP3A Konawe, Cici Ita Ristianty gencar melakukan sosialisasi hingga di pedesaan. (Foto : Dok Istimewa)

Reporter : Ardiansyah
Editor : Def

UNAAHA – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) terus berbenah. Instansi yang dinahkodai Cici Ita Ristianty terus berupaya menekan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di daerah lumbung pangan Sultra itu.

Beberapa strategi yang dijalankan yakni berdampingan dengan pihak kepolisian dalam rangka membantu korban kekerasan baik dari kalangan perempuan dan anak, menggandeng Forum Komunikasi Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA) Sultra, melaunching program Sekolah Ramah Anak dan Program Komite Pemerhati Kekerasan (KPK).

Upaya untuk memaksimalkan program tersebut, DP3A Konawe ditunjang dengan Mobil Perlindungan Perempuan dan Anak (Molin) dan Motor Perlindungan Perempuan dan Anak (Torlin) yang dikucurkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) pada Desember 2018 lalu.

Kepala DP3A Konawe, Cici Ita Ristianty mengatakan, persoalan saat ini memang masih banyaknya perilaku kekerasan terhadap pada perempuan dan anak. Olehnya itu, pihaknya terus memperkuat koordinasi dan kerja sama dengan lintas sektor untuk menekan hal tersebut.

“Persoalan kita selama ini memang adalah kekerasan terhadap perempuan dan anak, makanya tahun ini kita ingin intensifkan program pencegahan,” katanya kepada Mediakendari.com belum lama ini.

Mantan Camat Sampara itu mengklaim, selama dua tahun terakhir ini kasus kekerasan perempuan dan anak di Konawe mengalami penurunan yang signifikan. Dirinya menguraikan, pada 2017 lalu kasus kekerasan perempuan dan anak mencapai 79 kasus, namuan pada 2018 jumlahnya menurun drastis menjadi 29 kasus.

“Tidak bisa kita pungkiri pada 2017 lalu, Konawe berada di ranking teratas di Sultra dengan jumlah kasus kekerasannya, tapi alhamdulillah pada tahun selanjutnya menurun drastis. Penurunan angka kekerasan ini tidak lepas dari kegiatan pencegahan yang terus kita lakukan. Dan kita harapkan pada 2019 ini, sudah tidak ada lagi kasus kekerasan,” harapnya.

Dikatakannya, beberapa cara yang dilakukan untuk menunjang target itu adalah dengan intens melakukan sosialisasi terkait aturan-aturan hukum perempuan dan anak.

“Kita juga berikan pelatihan keterampilan terhadap mereka agar bisa mandiri dan berkreasi sesuai potensi wilayah masing-masing,” tutup isteri Wakil Bupati Konawe itu. (A)

You cannot copy content of this page