Reporter : Mumun
Editor : Taya
WANGGUDU – Sempat viral dan diberitakan salah satu media online tentang munculnya dua warnah merah pada saat bencana banjir bandang yang melanda Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra), bahwa dua cahaya merah itu merupakan jelmaan mata ular besar yang oleh suku Tolaki disebut “Lamboriri” mendapat respon keras dari masyarakat setempat sekaligus saksi mata.
Saksi mata Firman yang juga warga Kelurahan Andowia itu membantah jika dua warna merah itu adalah mata “Lamboriri”. Akan tetapi, pada saat terjadi banjir lampu di trotoar menuju Desa Laronanga dan Labungga padam termasuk di Kelurahan Andowia, karena gardunya terendam.
“Kecuali lampu tower itu masih menyala. Jadi iseng-iseng mi ini anak-anak ambil gambar karena saat itu kita lagi kumpul di depan Masjid Andowia dan gambarnya termasuk lampu tower itu sehingga keliatan seperti mata. Kejadiannya itu malam Senin tanggal 9 Juni 2019, yang foto itu namanya Riyan sekitar pukul 9 malam,” kata Firman, Minggu (23/6/2019).
BACA JUGA :
- Usai Terima Penghargaan dari Jokowi, KSK Klaim Didukung Surya Paloh dan Partai Pemenang Pilpres untuk Maju Cagub Sultra
- Status Kinerja Tinggi, Hanya Kery Satu-satunya Mantan Bupati di Sulawesi yang Turut Raih Penghargaan dari Presiden Jokowi
- BPDAS Sampara Sebut Rehabilitasi Mangrove Paling Banyak di Muna, Jadi Pusat Penanaman Serentak Pertama untuk Wilayah Kabupaten
- Terbukti Berkinerja Tinggi, Pj Bupati Harmin Ramba Raih Penghargaan, Dapat Anggaran Insentif Rp 29 Miliar 2024
- Pemprov Sultra Jamu Kunjungan Panglima Komando Armada II TNI AL
- Mitigasi Perubahan Iklim, Kementerian LHK, BPDAS Sampara dan Pemda Muna Gelar Penanaman Mangrove Serentak
Menurut Firman, pada saat pengambilan gambar lampu Base Transceiver Station (BTS) salah satu jaringan telekomunikasi itu bagian tengahnya menyala. Sementara bagian atasnya yang menyala tidak dapat terekam kamera.
“Tempatnya itu di Kelurahan Andowia bukan di Wanggudu, seperti yang diberitakan,” ujarnya, yang juga berada di dalam foto itu.
Kata Firman, dengan adanya pemberitaan tersebut masyarakat setempat merasa takut dan trauma. Apalagi warga masih dalam keadaan berduka setelah banjir bandang menimpa.
“Harapan kami sebagai warga Konut agar wartawan, khususnya yang memberitakan kalau bisa jangan asal mengangkat berita tanpa mengecek kebenaran atau faktanya di lapangan. Karena dengan berita seperti ini membuat masyarakat takut dan trauma apalagi mereka masih dalam keadaan berduka setelah banjir bandang menimpa,” ungkapnya.(a)