FEATUREDKONAWESULTRA

Membangun Konawe, Tanpa Kehilangan Kearifan Lokal

464
×

Membangun Konawe, Tanpa Kehilangan Kearifan Lokal

Sebarkan artikel ini

KONAWE – Wakil Bupati (Wabup) Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) Gusli Topan Sabara menegaskan, dalam rangka menuju Konawe Gemilang konsep pembangunan yang dijalankan Pemerintah Daerah (Pemda) Konawe, adalah model pembangunan yang berbasis lokal, tanpa menghilangkan adat istiadat, karena nilai-nilai kearifan lokal merupakan keharusan untuk terus dijaga, agar pembangunan di Konawe tidak keluar dari jati dirinya.

Hal ini ditegaskan Gusli Topan Sabara saat membuka pertemuan Forum Konsultasi Publik Rangcangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Konawe periode 2018-2023, Rabu (24/10/2018). Kata dia, ada beberapa pembangunan prioritas yang berakar dari kekuatan lokal.

“Pertama, mondau atau bercocok tanam secara tradisional, terus Walaka atau beternak secara tradisional, dan ketiga, Aepe atau menangkap ikan secara tradisional. Kegiatan itu dulu dilakukan secara tradisional, tapi akan kita kembangkan dengan cara modern agar hasilnya maksimal,” terangnya.

Dikatakannya, tiga konsep lokal yang akan dilakukan secara modern itu bukan untuk menghilangkan adat istiadat atau menghilangkan kekayaan budaya pada suatu daerah, namun bagaimana memajukan potensi dan kekayaan yang ada pada daerah tersebut. Karena tiga konsep program itu, akan diprioritaskan dalam pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

“Untuk program pertanian, kita sudah atur strategi bagaimana kita bisa menghasilkan 1 juta ton gabah, begitu juga dengan program peternakan karena kita targetkan sejuta ekor sapi, begitu juga dengan program perikanan. Intinya tiga program ini tujuan utamanya untuk peningkatam kesejahteraan masyarakat Konawe,” jelasnya.

Mantan ketua DPRD Konawe itu menambahkan, kearifan lokal adalah sumber pengetahuan yang berkembang yang menjadi dasar untuk pengambilan kebijakkan pemerintahan di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan.

“Jadi, untuk melaksanakan pembangunan disuatu daerah, hendaknya pemerintah mengenal lebih dulu seperti apakah pola pikir dan apa saja yang ada pada daerah yang menjadi sasaran pembangunan tersebut. Karena sebuah pembangunan akan menjadi sia-sia jika pemerintah daerah tidak mengenal kebiasaan masyarakat atau potensi yang tepat untuk pembangunan didaerah tersebut,” tutupnya.

Redaksi


You cannot copy content of this page