Wakatobi, Mediakendari.com – Warga Desa Liya One Melangka, Kecamatan Wangiwangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti kegiatan sosialisasi dan simulasi bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi dan tsunami, yang di Gelar Kantor Desa, pada 4 Juli 2025 lalu.
Nuraini Rahma Hanifa, narasumber dari BRIN Prov SultraKegiatan Sosialisasi ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Desa, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Halu Oleo (UHO), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hadir sebagai Narasumber dari BRIN Prov Sultra, Nuraini Rahma Hanifa.
Nuraini mengatakan kegiatan ini, dimulai pada pagi hari, dengan peserta kepada siswa-siswi SD Negeri 1 Liya One Melangka.
Ia menyebut materi yang disampaikan kepada peserta mengenai pengenalan dasar gempa dan tsunami dan potensi ancamannya, serta langkah-langkah mitigasi yang bisa dilakukan.
”Anak-anak juga kami ajak untuk mengikuti simulasi evakuasi, dimulai dari pelatihan 3B (berlindung, bersimpuh, dan bertahan) saat gempa, hingga evakuasi menuju titik kumpul yang telah ditentukan,” ujar, Nuraini Rahma Hanifa.
Lebih lanjut, Nuraini mengatakan, proses simulasi dilakukan evakuasi tsunami ke titik kumpul aman. Hal itu dilakukan untuk memperluas jangkauan informasi.
“Pihak mahasiswa ITB menyerahkan poster edukasi yang bertuliskan, Mari Siaga Bencana kepada sekolah. Selain itu juga, kami membagikan pamflet tentang dasar-dasar kebencanaan agar bisa dibawa pulang oleh siswa dan dibaca bersama keluarga,” ucap Nuraini.
Sementara itu, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ITB, Dr. Endra Gunawan, menambahkan kegiatan tersebut, berlanjut pada sore harinya dengan materi sosialisasi untuk masyarakat di Kantor Desa Liya One Melangka.
Pesertannya dar Warga berbagai dusun, seperti Dusun One Digi, One Melangka, dan One Sipi.
”Peserta yang mengikuti penyampaian materi tentang penyebab gempa bumi, potensi tsunami, serta cara evakuasi yang benar. Di Wanci memang tidak selalu merasakan gempa yang terjadi di laut, tetapi dampaknya seperti tsunami bisa sangat nyata. Maka penting bagi masyarakat untuk memahami hubungan antara gempa dan bahaya yang menyertainya,” ujar Dr. Endra Gunawan, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ITB.
Ditempat yang sama, Dosen UHO, Prof. Golok, mengatakan dalam sesi ini, warga diajak aktif berdiskusi serta menggambar peta evakuasi mandiri di masing-masing dusun.
Menurutnya, Peta tersebut mencakup jalur-jalur yang dapat dilalui menuju zona aman, serta mempertimbangkan kondisi geografis lokal.
”Proses simulasi penyusunan peta evakuasi mandiri oleh warga pesisir Wakatobi merupakan wilayah yang sangat rawan terhadap gempa dan tsunami. Karena itu, pendekatan edukasi yang memanfaatkan kearifan lokal menjadi penting dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat,” ujar Prof. Golok, selaku dosen dari UHO.
Untuk diketahui, seluruh rangkaian kegiatan berjalan tertib dan lancar. Dengan semangat kolaboratif dan keterlibatan aktif masyarakat, Desa Liya One Melangka diharapkan dapat menjadi komunitas tangguh yang siap menghadapi bencana secara mandiri dan cepat tanggap.
Laporan : Tim.
