NEWS

Audiensi Bersama PFN, Kepala BKKBN Tekankan Inovasi Disetiap Produksi Film Keluarga dan Stunting

364
×

Audiensi Bersama PFN, Kepala BKKBN Tekankan Inovasi Disetiap Produksi Film Keluarga dan Stunting

Sebarkan artikel ini

Jakarta – Stunting merupakan isu seksi yang bisa digunakan untuk mengajak Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) bekerjasama menghasilkan film maupun video tentang stunting untuk dipublikasikan pada platform-platform yang dimiliki Produksi Film Negara (PFN).

Hal itu dikemukakan Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) Hasto Wardoyo Sp.OG (K) saat menerima audiensi jajaran pengelola PFN, Selasa (11/07/2023), di Ruang Sekretariat Stunting, BKKBN Pusat, Jakarta.

Menurut dr. Hasto, kerjasama yang akan terjalin antara BKKBN dan PFN dalam meningkatkan kualitas keluarga melalui berbagai saluran informasi harus selalu berinovasi mengikuti perkembangan isu terkini yang berkaitan dengan keluarga dan juga masalah stunting.

“Terinspirasi film Unyil yang dicintai anak-anak, kita harus berpikir keras bagaimana kita bisa menciptakan sesuatu yang ada di hati keluarga, bukan di hati anak-anak,” jelas dr. Hasto, dengan berharap PFN bisa memunculkan tokoh lain pengganti Unyil.

Dia berpesan agar produk yang dihasilkan PFN-BKKBN harus bersandarkan pada tiga filosofi Jawa, yakni tuntunan, tontonan dan tatanan. “Tuntunan itu memberikan pendidikan, tontonan itu menjadi hiburan, dan tatanan itu menyampaikan regulasi bahwa ada aturan-aturan,” papar dr. Hasto.

Sejalan dengan Hasto, Dewan Pengawas PFN, Rosarita Niken Widiastuti, mengatakan bahwa PFN siap berkolaborasi dengan BKKBN untuk menyediakan platform-platform penyebarluasan informasi yang dimiliki PFN.

“Jadi, apapun materinya, apapun medianya, bisa kita tayangkan. Kita ingin kolaborasi, bersama teman-teman di BKKBN untuk memproduksi informasi-informasi yang amat sangat dibutuhkan seperti stunting,” ujar Rosarita.

Dia juga menyebutkan bahwa video yang produksi PFN selalu berkolaborasi dengan production house dan muatannya selalu memperhatikan kearifan budaya lokal. Sehingga hasil yang didapatkan sesuai kebutuhan daerah bersangkutan.

“Bahasanya nggak lu gue ada di Papua, nggak lu gue ada di aceh. Kita benar-benar mem- branding budaya lokal dengan teman-teman lokal di seluruh Indonesia untuk memproduksi informasi yang sebenarnya di butuhkan sama masyarakat ataupun justru men- site apa nih yang harus disebar luaskan di platform PFN,” tutup Rosarita. (Adm)

You cannot copy content of this page