Reporter : Hasrun
Editor : Kang Upi
KASIPUTE – Tidak seperti sejumlah anak lainnya yang nampak menahan sakit, Muhammad Aksan (13) terlihat amat sumringah usai mengikuti sunat masal di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bombana, Sabtu (23/3/2019).
Sambil memegangi sarung yang dikenakannya, Ia berjalan pelan kesana kemari seperti ingin menunjukan “Burungnya” yang sudah dipotong kepada semua orang.
Pun dia juga tidak sungkan, saat mediakendari.com menemui dan memintanya bercerita pengalaman saat sunat. Bocah asal Desa Lameroro, Kacematan Rumbia ini cerita lengkap, bahkan hingga detak jantungnya yang disebutnya sedikit ‘dag dig dug’ saat sunat.
Baca Juga :
- Hari ke Tiga Pekan Vaksinasi Tahap Tiga, PKM Rarowatu Capai 50 Persen
- Andi Nirwana Sebbu: Vaksinasi Harus Dilakukan untuk Mencapai Immunity
- Tingkatkan Pendapatan Masyarakat, Pemkab Bombana Organisasikan Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif.
- Begini Kronologis Kebakaran Kapal KM Bukit, Sumber Poleang
- Puluhan Randis Pemkab Bombana Akan Dilelang Secara Daring, Pembeli Bisa Nawar Sambil Tiduran
- Penyebab Banjir di Kabaena, DPRD Bombana Bakal Panggil Perusahaan Tambang
“Tidak Sakit om, hanya pertamanya saja yang agak sakit,” kata Aksan, dengan raut wajah meyakinkan.
Saat proses penyunatan, kata Aksan, dirinya juga tidak merasa takut karena didampingi sejumlah perawat dari PPNI dan beberapa dokter dari RSUD Bombana.
Aksan, adalah satu dari 700-an anak di Kabupaten Bombana yang mengikuti sunat masal dalam rangka HUT Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sultra ke-45 di RTH Bombana.
Tidak hanya mendapatkan respon positif dan antusias dari ratusan anak, Sunat Massal ini juga mendapatkan dukungan dari warga, yang antusias mendaftarkan anaknya.
Salah seorang warga, Rahmat (30), yang berasal dari Desa Lampata, Kecamatan Rumbia Tengah mengaku senang dengan adanya kegiatan tersebut.
“Alhamdulilah, saya bersyukur dengan adanya kegiatan ini, apalagi kita masyarakat kecil sangat terbantu,” ucapnya.
Pria yang seharinya bekerja sebagai buruh bangunan menjelaskan, dengan kegiatan PPNI ini dirinya tidak lagi mengeluarkan biaya untuk sunatan sang buah hatinya itu.
Hal senada juga disampaikan, Abdul (40), asal Desa Tahi Ite, Kecamatan Rarowatu yang mengaku bahagia dengan adanya sunatan masal PPNI ini. Menurutnya, dirinya yang bekerja sebagai petani merasa diringankan dengan kegiatan, yang tidak memungut bayaran ini.
“Saya senang, karna anak saya bisa sunat tanpa biaya,”ungkapnya, ditemui menunggu saat anaknya yang tengah bersunat. (A)