KOLAKAWISATA

Bangkit Dari Covid 19 dan Kepungan Tambang

2432

Reporter : Ahmad Nizar

Kabupaten Kolaka – Desa Hakatutobu, Kec. Pomalaa, Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Kawasan wilayah pedesaan yang telah lama berada dalam kepungan area pertambangan nikel. Kawasan ini sejak berdirinya pertambangan BUMN PT. Antam Tbk sejak tahun 1960an maupun Pertambangan Swasta yang mulai masuk sekitar tahun 2008, mau tidak mau menerima dampak lingkungan atas operasi pertambangan yang berjalan.

Berdiri sejak tahun 1989 silam, Desa Hakatututobu memang telah mendapat dampak dari pertambangan khususnya sisi ekonomi. Sejumlah warga akhirnya terserap di dunia kerja pertambangan baik usaha pertambangan yang dikelola BUMN maupun pihak swasta yang saat ini semakin banyak.

Namun menurut kepala Desa setempat, karena warganya sebagian besar adalah nelayan pesisir jadi yang terserap juga sebagian besar adalah warga yang memang belum terlibat dalam dunia perikanan atau aktifitas usaha lainnya.

Akibat aktifitas pertambangan sedimentasi Kawasan pesisir semakin hari semakin tinggi, hal ini berdampak pada semakin berkurangnya area tangkap para nelayan yang otomatis akan lebih jauh keluar pesisir untuk mencari ikan.

Program CSR PT.ANTAM Tbk, memang diakui cukup dinikmati oleh masyarakat sekitar ditambah lagi CSR dari perusahaan tambang Sawsta yang berada di sekitar desa ini.

Namun terkait dampak Lingkungan tentu butuh kerja keras semua pihak untuk memikirkan hal ini untuk masa depan masyarakat setempat.

Perlahan CSR sejumlah kuasa pertambangan mulai mengarah kepada pengendalian lingkungan dampak pertambangan, salah satunya dengan penanaman bibit mangrove di pesisir Kawasan perairan Desa Hakatutobu.

“ Total tahun ini ada 6 Hektar Kawasan pembibitan Mangrove, DARI PT. ANTAM Pomalaa dan Dinas Kehutanan dengan pelibatan masyarakat Desa disini. Ini cukup membantu untuk mengendalikan lumpur yang sudah bercampur tanah tambang agar tidak mencemari kawasan perairan yang masih memiliki karang dan biota cukup banyak  “, ujar Nurdin selaku Kepala Desa setempat saat ditemui.

Namun saat ditanya terkait dampak covid 19, dirinya mengaku prihatin terhadap sejumlah warganya yang terkena dampak. Nurdin mengaku akifitas warga dalam menjalankan usaha dan pekerjaan cukup terbatas sehingga diakui penghasilan mereka drastis berkurang.

Menyikapi hal ini, Kepala Desa setempat Bersama perangkat desa dan masyarakat terus mencari solusi yang sedikit banyak bisa membantu persoalan dampak lingkungan akibat pertambangan dan terkait pemulihan ekonomi masyarakat setempat.

Kurang lebih 6 bulan, hasil rembukan Bersama perangkat desa, tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat akhirya timbul satu gagasan baru yang dianggap bisa membantu persoalan yang dialami masyarakat baik menyelematkan Kawasan perairan lautnya dan dampak ekonomi ditengah Pandemi Covid 19.

Menurut Nurdin dahulu sudah banyak masyarakat yang menggeluti dunia usaha karamba ikan, namun diakui hari ke hari budidaya yang dilakukan mengalami penuruan omset. Akhirnya masyarakat sepakat untuk membangun Kawasan khusus budidaya karamba di perairan desa setempat. “ Akhirnya kami melakukan pembangunan Kawasan Karamba seluas 1 hektar selama enam bulan dengan dana desa dan partisipasi masyarakat, sekaligus Kawasan ini dijadikan Kawasan wisata khususnya konsep Desa Wisata dimana pengelolaanya dilakukan langsung oleh masyarakat dibawah kendali BUMDES setempat “ demikian pernytaan kades hakatutobu terkait awal berdirinya kawasan wisata Karamba.

Kini Kawasan wisata Karamba Desa Hakatutobu menjadi tempat wisata andalan di kabupaten kolaka yang dikelola dengan konsep Desa Wisata dari masyarakat untuk masyarakat. Diakui pihak desa setempat, jika gagasan ini berlandas pada Konsep Inovasi Desa dan Semangat Sadar Wisata menuju pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Kolaka.

Dengan menikmati budidaya perikanan hasil karamba, para pengunjung bisa  menikmati sejumlah kegiatan olah raga air mulai dari sepeda air, snorkeling dan diving di dalam kawasan Karamba. Dari hasil pemasukan pengelolaan wisata ini  mencapai angka rata-rata Rp. 60.000.000,- ( Enam Puluh Juta Rupiah ) per Bulannya, hanya untuk biaya masuk Kawasan serta transportasi laut belum termasuk biaya parkir  di darat, yang juga dikelola langsung warga setempat. Diakui ini angka pengunjung sesungguhnya akan lebih tingga jika masa pandemic covid berakhir, namun hadirnya Objek Wisata Karamba sedikit menopang ekonomi masyarakat setempat utamanya yang terlibat langsung dalam aktifitas pariwisata, maupun terdampak dari kunjungan wisata.

Untuk warga setempat dilakukan pemberdayaan masyarakat mulai pengelolaan objek, penyediaan transportasi lautnya, pengelolaan karamba ikan, hingga penyedia lahan parkir masing-masing di sekitar rumah warga. Dari total 302 Kepalac Keluarga, Pengembangan Kawasan Wisata Karamba mampu menyerap 125 Kepala Keluarga untuk diberdayakan, dan menikmati hasil dari aktifitas pariwisata setempat.

Hadirnya karamba juga menjadi obat pelipur lingkungan warga setempat, setelah sekian lama terkepung oleh sedimantasi tanah tambang yang mengelilingi Kawasan Desa Hakatutobu.

 

You cannot copy content of this page

You cannot print contents of this website.
Exit mobile version