KENDARI, MEDIAKENDARI.COM – Salah satu dosen Psikologi Universitas Halu Oleo (UHO) Kota Kendari, Astri Yunita ikut memberikan tanggapannya mengenai fenomena sebagian kelompok masyarakat yang berkeinginan tidak memiliki anak (Childfree).
Menurut pandangannya, hal itu dinilai salah apabila keputusan tersebut dipaksakan ke publik. Seharusnya itu hanya keputusan pribadi dalam artian sesama pasangan tentu dengan berbagai pertimbangan.
Ia menjelaskan childfree dalam psikologi pernikahan adalah keputusan pribadi dari setiap pasangan yang tentunya disepakati bersama serta yang berperan penting dalam memegang kesepakatan ini adalah seorang istri.
Baca Juga : Mengenal “Phubbing”, Perilaku Anti Sosial Yang Merusak Hubungan
“Karena istri yang mempunyai peran besar dalam memiliki keturunan, dia yang mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan dan merawatnya,” ungkap Astri.
Sebagai Psikolog Pendamping di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Kendari, Astri menerangkan pemikiran tersebut didasarkan beberapa faktor diantaranya pasangan yang telah menikah berfikir belum mampu mengasuh anak, ekonomi yang belum memadai jika memiliki anak serta kemungkinan mempunyai trauma dalam hal pengasuhan di masa kecil.
“Jadi kita harus melihat apa yang mendasari terlebih dahulu. Munculnya pemikiran ini, tentunya karena banyaknya pertimbangan dari pasangan tertentu yang memilih untuk tidak mengambil resiko ketika memiliki anak nantinya,” katanya
Menurut Astri, dilihat dari psikologi selebgram tersebut mengenai statement childfree yang ia lontarkan, bisa saja banyak ketakutan-ketakutan yang sangat dipertimbangkan.
Baca Juga : 114 Sapi Disultra Terkontaminasi PMK, Distanak Fasilitasi Vaksin Hingga ke Pelosok Kabupaten
“Dia kan selebgram, juga terkenal jadi bisa saja dia takut bentuk badan yang berubah setelah melahirkan, kemudian untuk menarik perhatian publik bisa saja dia melontarkan statement itu, dan mungkin dia juga dibesarkan dengan budaya childfree,” kata Astri
Budaya Di Indonesia, Keputusan Childfree bagi setiap pasangan diharuskan setelah melewati usaha-usaha untuk memiliki anak serta setelah diskusi dengan keluarga besar kedua belah pihak.
“semua itu harus dilalui dari budaya kita, karena jika hanya pasangan yang mengambil keputusan pasti akan terjadi penolakan sosial, karena budaya childfree tidak wajar di Indonesia, serta salah satu tujuan menikah untuk memiliki keturunan,” tutupnya.
Reporter : Nur Anisah
Facebook : Mediakendari